Pemanfaatan Musim Kemarau Berhasil Tingkatkan Produksi Padi Tahun Ini

Berhasil manfaatkan musim kemarau, produksi padi tahun ini diperkirakan melonjak 1,8 juta ton.

oleh Cahyu diperbarui 27 Sep 2018, 18:28 WIB
Berhasil manfaatkan musim kemarau, produksi padi tahun ini diperkirakan melonjak 1,8 juta ton. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pertanian (Kementan) optimistis pemanfaatan musim kemarau tahun ini berhasil meningkatkan produksi padi. Menurut data Angka Ramalan (ARAM) I yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Pertanian, produksi padi tahun ini diperkirakan mencapai 83,037 juta ton Gabah Kering Giling (GKG). Angka ini meningkat 2,33 persen atau setara 1,89 juta ton GKG dibandingkan tahun lalu.

Sementara itu, berdasarkan data luas tanam Oktober 2017 - Agustus 2018 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, diperkirakan terjadi surplus 945 ribu ha (6,39 persen) atau setara dengan 4,74 juta ton GKG. Berdasarkan data sampai dengan sub-round II, produksi tahun ini diperkirakan akan mencapai 85,88 juta ton GKG.

Direktur Serealia Ditjen Tanaman Pangan Kementan, Bambang Sugiharto, mengatakan bahwa peningkatan produksi padi pada 2018 terjadi karena Indonesia mampu memanfaatkan kekeringan sebagai peluang untuk meningkatkan luas tanam dan produktivitas.

“Seperti yang pernah disampaikan oleh Pak Mentan, musim kemarau jangan dilihat sebagai halangan. Kondisi kekeringan yang biasanya menjadi hambata justru harus diubah menjadi kesempatan untuk tingkatkan produksi padi,” ujarnya dalam keterangan pers, Kamis (27/9/2018).

Sebagai bagian dari upaya memanfaatkan musim kemarau dalam mendorong Perluasan Areal Tanam Baru (PATB), Kementan memaksimalkan pemanfaatkan lahan rawa. Kondisi kering pada musim kemarau justru menguntungkan untuk optimalisasi lahan rawa. Rawa yang semula memiliki ketinggian muka air satu meter, pada musim kemarau turun menjadi 20 – 30 cm.

Potensi lahan rawa sebelumnya memang belum dikembangkan secara maksimal.

“Dari potensi luas 12,3 juta hektare, lahan rawa baru dimanfaatkan seluas 36,8 persen atau 4,5 juta hektare,” ucap Bambang.

Optimalisasi lahan rawa dilakukan dengan menjalin kerja sama antara pemerintah pusat, TNI, pemerintah daerah, dan masyarakat. Beberapa alat berat seperti traktor digunakan untuk memungkinkan lahan rawa dipakai untuk kegiatan produksi padi.

“Kita manfaatkan teknologi, sehingga lahan rawa bisa menjadi lahan produktif,” kata Bambang.

Selain mendorong perluasan areal tanam baru, produktivitas padi juga didorong dengan penggunaan varietas unggul tahan kering, seperti padi gogo sawah dan padi gogo rawa. Padi gogo merupakan varietas unggul yang adaptif terhadap berbagai permasalahan di lahan kering, seperti kekeringan, kemasaman tanah, dan penyakit blas.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Sumarjo, Gatot Irianto, mengatakan bahwa musim kemarau bisa menjadi kesempatan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi jika dikelola dengan baik.

"Musim kemarau bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin karena hama lebih sedikit, sinar matahari cukup baik untuk fotosintesis dan proses pengeringan. Jadi kualitas gabah lebih baik, biaya produksi juga bisa ditekan,” ujarnya.

 

 

(*)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya