Urusan Cakupan Imunisasi MR, Sumut Kalah Sama Papua Barat

Per tanggal 26 September 2018, cakupan imunisasi MR di Indonesia baru mencapai 52,71 persen

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 28 Sep 2018, 12:00 WIB
Imunisasi vaksin MR sudah dilakukan Dinkes Palembang ke sekolah-sekolah di Palembang meskipun vaksin MR belum mengantongi sertifikasi halal dari MUI (Liputan6.com / Nefri Inge)

Liputan6.com, Jakarta Sampai tanggal 26 September 2018, pemberian imunisasi MR masih mencapai di bawah target rata-rata. Angka cakupannya masih berada di 52,71 persen dari seharusnya sudah mencapai 95 persen dari seluruh sasaran.

Mengutip laman sehatnegeriku.kemkes.go.id pada Jumat (18/9/2018), per Rabu, 26 September 2018 pukul 18.00 WIB, lima provinsi dengan cakupan imunisasi MR tertinggi adalah Papua Barat (95,17 persen), Bali (89,64 persen), Sulawesi Utara (78.73 persen), Lampung (77.49 persen), dan Nusa Tenggara Timur (77.43 persen).

Sementara, beberapa provinsi capaian imunisasi MR-nya masih berada di bawah rata-rata nasional. Kepulauan Riau (44,57 persen), Bangka Belitung (42,31 persen), Sumatera Utara (39,92 persen), Kalimantan Selatan (38,61 persen), Nusa Tenggara Barat (38,29 persen), dan Aceh (4,94 persen).

Saksikan juga video menarik berikut ini:

 


Provinsi Papua Barat Tertinggi

Petugas menyuntikan Vaksin Campak dan Rubella (MR) kepada bayi saat dilakukan imunisasi di sebuah puskesmas, Banda Aceh, Rabu (19/9). Pemerintah Aceh memperbolehkan penggunaan vaksin MR dengan alasan dalam kondisi darurat. (CHAIDEER MAHYUDDIN / AFP)

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat drg. Widyawati mengatakan, untuk dapat memutuskan mata rantai penularan agar terbentuk kekebalan kelompok, dibutuhkan cakupan imunisasi minimal 95 persen di seluruh wilayah.

Adapun, provinsi Papua Barat mencapai yang tertinggi di Indonesia. Angka ini mendapatkan apresiasi dari Kementerian Kesehatan.

Papua Barat sendiri juga menjadi provinsi pertama yang capai cakupan hingga 95 persen.

Pelaksanaan imunisasi MR sendiri diperpanjang hingga bulan Oktober. Diharapkan, waktu ini mampu dimanfaatkan oleh jajaran kesehatan, maupun orangtua yang menginginkan perlindungan kekebalan bagi anaknya. Terutama, mereka yang berada di daerah dengan target sasaran belum mencapai yang diharapkan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya