Liputan6.com, Amsterdam - Polisi di Belanda telah menangkap tujuh orang terkait dugaan perencanaan serangan teroris besar, yang melibatkan senjata dan bahan peledak.
Polisi mengatakan orang-orang itu berusaha mengambil senjata AK47, granat tangan dan bahan-bahan bom untuk melakukan aksi teror.
Para pria, yang berusia antara 21 dan 34 tahun, ditangkap pada Kamis 27 September 2018 waktu setempat. Tiga di antaranya telah diamankan sebelumnya, karena mencoba bepergian ke luar negeri untuk bergabung dengan militan asing.
Jaksa penuntut mengatakan pemimpin kelompok itu adalah seorang pria asal Irak berusia 34 tahun, yang dinyatakan bersalah pada tahun lalu, karena mencoba melakukan perjalanan untuk bergabung dengan ISIS, demikian sebagaimana dikutip dari BBC pada Jumat (28/9/2018).
Baca Juga
Advertisement
Polisi Belanda mengatakan mereka telah diberitahu tentang rencana aksi teroris itu pada April 2018 oleh badan intelijen, yang mengatakan tersangka utama menargetkan "sebuah peristiwa besar di Belanda, di mana akan ada banyak korban".
Ketujuh orang itu ditangkap di pusat kota Arnhem dan kota di bagian selatan Weert pada Kamis sore, 27 September, oleh pasukan anti-terorisme dari Special Interventions Service (DSI) negara itu.
Jaksa yakin bahwa para tersangka ingin melakukan serangan ganda yang melibatkan bom dan senjata di sebuah peristiwa, serta kemungkinan bom mobil diledakkan di tempat tertentu.
"Para tersangka sedang mencari senjata AK47, senjata tangan, granat tangan, rompi peledak dan bahan mentah untuk beberapa bom mobil," kata jaksa dalam sebuah pernyataan.
Jaksa mengatakan para terduga teroris juga diketahui sedang mencari pelatihan senjata api, setelah sebelumnya diinterogasi atas penangkapan terkait kepemilikan lima pistol kecil.
Koordinator Nasional untuk Kontraterorisme dan Keamanan Belanda (NCTV) mengatakan kepada media setempat, bahwa penangkapan itu mencerminkan risiko serangan "realistis" di negara tersebut.
Tingkat ancaman teroris di Belanda saat ini ditetapkan pada skala empat dari lima yang merupakan tingkat maksimum.
Simak video pilihan berikut:
Teror Penikaman di Stasiun Amsterdam
Sementara itu, Belanda sempat diserang aksi teror belum lama ini, yakni ketika seorang warga Afghanistan berusia 19 tahun, menikam dua orang warga Amerika Serikat (AS) di stasiun kereta api utama di Amsterdam.
Polisi Amsterdam menembak dan melukai tersangka setelah melakukan aksi penusukan ganda pada Jumat, 31 Agustus 2018, di Central Station. Pemerintah setempat mengatakan beberapa jam kemudian, bahwa tampaknya para korban tidak ditargetkan untuk alasan tertentu, kecuali kemungkinan serangan teror.
Setelah duta besar AS untuk Belanda mengidentifikasi para korban terluka sebagai turis Amerika pada Sabtu 1 September, Balai Kota Amsterdam memberikan pembaruan.
"Berdasarkan pernyataan pertama tersangka, dia memiliki motif teror," kata pemerintah kota dalam sebuah pernyataan, sebagaimana dikutip dari Time.com.
Tersangka, yang diidentifikasi hanya dengan nama Jawed S --sesuai dengan aturan privasi di Belanda-- sempat dirawat di rumah sakit, sebelum kemudian melakukan persidangan.
Perdana Menteri Belanda Mark Rutte menegaskan di Twitter bahwa penyelidikan difokuskan pada dugaan ideologi ekstremis.
Tersangka juga disebut memiliki izin tinggal di Jerman. Otoritas di Jerman telah menggeledah rumahnya dan menyita perangkat penyimpanan data yang akan dianalisis sebagai bagian dari penyelidikan, kata pernyataan pemerintah kota Amsterdam.
Advertisement