Pesawat Papua Nugini Jatuh di Laguna Mikronesia

Gambar yang beredar online menunjukkan pesawat Air Niugini, dari Papua Nugini, berada di perairan dangkal di lepas pantai di Mikronesia.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 28 Sep 2018, 12:03 WIB
Ilustrasi Pesawat Jatuh (iStockphoto)

Liputan6.com, Mikronesia - Sebuah pesawat jatuh di sebuah laguna di dekat Bandara Internasional Chuuk di Mikronesia setelah melampaui landasan. Demikian dikatakan para pejabat bandar udara.

Laguna adalah danau air asin dekat pantai yang dahulunya merupakan bagian laut (yang dangkal), yang karena peristiwa geografi menjadi terpisah dari laut.

Gambar yang beredar daring (online) menunjukkan pesawat jatuh maskapai Air Niugini, dari Papua Nugini, berada di perairan dangkal di lepas pantai.

Tak satu pun dari 35 penumpang dan 12 awak pesawat ANG73 menderita luka serius. Kendati demikian, penyebab kecelakaan belum diketahui pasti. Namun penyelidikan akan segera dimulai.

"Pesawat itu jatuh di laguna, sekitar 160 meter dari landasan pacu," kata manajer Bandara Chuuk, Jimmy Emilio kepada BBC yang dikutip Jumat (26/9/2018).

"Saat ini kami belum tahu apa yang sebenarnya terjadi. Investigasi akan dimulai paling cepat besok, tetapi operasional bandara kembali berjalan normal seperti biasa."

Emilio mengatakan, semua orang yang berada di dalam pesawat Boeing 737-800 itu dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan. Menurutnya, ada beberapa orang mengalami luka ringan.

Pesawat jatuh tersebut terbang dari Pulau Pohnpei di Mikronesia menuju Port Moresby, ibu kota Papua Nugini, namun transit di Pulau Weno di Mikronesia.

 

 

Saksikan juga video berikut ini:


Peristiwa Serupa

Ilustrasi Pesawat Jatuh (iStockphoto)

Peristiwa pesawat jatuh sebelumnya pernah terjadi di Sydney, Australia. 

Kala itu, sebuah pesawat amfibi (seaplane) jatuh ke sungai di Sydney, Australia pada Minggu, 31 Desember 2017, pukul 15.15 waktu setempat.

Pesawat itu jatuh dan tenggelam sedalam 13 meter di Teluk Yerusalem, Sungai Hawkesbury, di Kota Cowan, 50 km di utara Sydney. Dari bangkai pesawat, aparat berhasil mengumpulkan 6 jasad korban. Demikian seperti dikutip BBC, Minggu 31 Desember 2017.

Menurut firma pengelola pesawat tersebut, keenam korban meliputi seorang pilot, satu anak berusia 11 tahun, dan empat orang berkewarganegaraan Inggris.

Semua korban berstatus sebagai penumpang dan awak pesawat jenis DHC-2 Beaver dengan nomor registrasi VH-NOO, yang dikelola oleh firma wisata Sydney Seaplanes.

Seperti dikutip dari ABC Australia, sebelum jatuh, seaplane itu tengah dalam perjalanan dari Cottage Point Inn Restaurant menuju Rose Bay di Sydney timur -- dengan rata-rata waktu tempuh mencapai sekitar 20 menit.

Tak disangka, di tengah perjalanan, pesawat itu kemudian dilaporkan jatuh.

Kapal, helikopter, dan tim penyelam penyelamat dari New South Wales Police dan New South Wales Ambulance Service dikerahkan untuk merespons jatuhnya pesawat amfibi terkait.

Pusat komando juga telah didirikan di Teluk Apple Tree, di Bobbin Head, Taman Nasional Ku Ring Gai, Kota Cowan. Saat itu, polisi masih terus mengamankan bangkai dan puing pesawat, hingga tim pemerintah federal dari Biro Keselamatan Transportasi Australia tiba pada Senin 1 Januari 2018.

Aparat setempat juga masih menyelidiki apa yang menyebabkan pesawat amfibi itu jatuh. Polisi pun mendesak para saksi mata untuk melaporkan diri guna memberikan kesaksian.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya