Manusia Tak Pernah Bisa Menapaki Permukaan Jupiter Seperti di Bumi, Ini 7 Penyebabnya

Dikatakan oleh para astronom bahwa belum ada yang berhasil berjalan di permukaan Jupiter, seperti layaknya di Bumi. Mengapa?

oleh Afra Augesti diperbarui 28 Sep 2018, 19:05 WIB
Jupiter terlihat melalui satelit angkasa luar Cassini. (Public Domain)

Liputan6.com, New York - Jupiter adalah planet terdekat kelima dari matahari dan planet terbesar di tata surya. Meski dikatakan sebagai planet, namun kenyataannya Jupiter memiliki sifat yang hampir sama dengan bintang. Sebab atmosfer yang ditemukan di planet tersebut terdiri dari hidrogen dan helium.

Pesawat ruang angkasa NASA yang ditugaskan khusus untuk misi di Jupiter, Juno, beberapa kali menangkap penampakan permukaan planet ini dari jarak dekat. Melalui citra satelit Juno, manusia bisa mengetahui bentuk sesungguhnya dari Jupiter.

Bentuk permukaan Jupiter terlihat menyerupai garis-garis dan pusaran. Ini sesungguhnya adalah awan dingin dan badai yang mengandung amonia dan air. Mega tersebut mengambang di dalam atmosfer Jupiter.

Penampakan baru Jupiter. (NASA/David Marriott)

Ada ribuan garis dan pusaran di Jupiter, yang berarti planet ini terdapat banyak angin, namun Great Red Spot adalah badai raksasa yang paling terkenal di seantero Jupiter dan telah berkecamuk selama ratusan tahun. Badai ini bahkan berukuran lebih besar dari Bumi.

Itulah sebabnya, Jupiter dijuluki sebagai planet raksasa gas karena planet ini hanya berupa gas saja yang terikat secara gravitasi. Jadi bila ada manusia yang nekat terjun ke Jupiter dengan parasut dari pesawat antariksa, maka ia tidak akan menemui permukaan solid seperti layaknya di Bumi.

Penampakan baru Jupiter. (NASA/David Marriott

Selain permukaannya yang hanya terdiri dari gas, faktor lain apa lagi yang membuat manusia tidak akan mungkin bisa berjalan di Jupiter? Mengutip situs web NASA, Jumat (28/9/2018), berikut 7 di antaranya.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:


1. Ukuran dan Jarak

Planet Jupiter (Foto: NASA).

Dengan radius 43.440,7 mil (69.911 kilometer), Jupiter 11 kali lebih lebar dari Bumi. Jika Bumi seukuran nikel, Jupiter akan menjadi sebesar bola basket.

Dari jarak rata-rata 484 juta mil (778 juta kilometer), Jupiter berjarak 5,2 unit astronomi dari matahari. Satu unit astronomi (disingkat AU), adalah jarak dari matahari ke Bumi. Dari jarak ini, waktu yang dibutuhkan Jupiter untuk menerima cahaya mentari adalah 43 menit.


2. Orbit dan Rotasi

Penampakan baru Jupiter. (NASA/SwRI/MSSS/Shawn Handran)

Anda tidak akan pernah bisa menemukan hari yang panjang di Jupiter, sebab satu hari di planet ini akan berjalan sangat cepat, yakni sekitar 10 jam (waktu yang diperlukan Jupiter untuk berevolusi atau berotasi), dan Jupiter mempunyai orbitnya sendiri untuk mengelilingi matahari. Waktu yang dibutuhkan adalah sekitar 12 tahun di Bumi (4.333 hari di Bumi) untuk sekali berevolusi.

Kemiringan sumbunya ialah 3,13 derajat, mengikuti jalur jalur orbit. Itu artinya, Jupiter berputar nyaris tegak lurus dan tidak memiliki musim yang ekstrem seperti planet lain.


3. Formasi

Penampakan baru Jupiter. (NASA/Laura J Martin)

Jupiter tercipta ketika sisa tata surya terbentuk sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu, saat gravitasi menarik gas dan debu yang berputar dan melahirkan raksasa gas ini.

Jupiter mengambil sebagian besar sisa massa, setelah matahari ada. Bahkan, Jupiter memiliki komponen yang sama dengan bintang, tetapi tidak punya kemampuan yang cukup masif untuk berpendar.

Sekitar 4 miliar tahun lalu, Jupiter menempati posisinya dalam orbit --di tata surya bagian luar dan menjadi planet kelima terdekat dengan matahari.


4. Struktur

Ilustrasi permukaan bulan Europa di Jupiter. (Sumber Jet Propulsion Laboratory NASA/Caltech)

Jupiter terbentuk dari hidrogen dan helium. Oleh sebab itu, tekanan dan suhu meningkat di atmosfer Jupiter. Dua faktor inilah yang menekan gas hidrogen menjadi cairan, sehingga Jupiter mempunyai "samudra" terbesar di tata surya --samudra yang terbuat dari hidrogen, bukan air.

Para ilmuwan berpikir bahwa, pada kedalaman tertentu (mungkin setengah jalan ke pusat planet), tekanan menjadi begitu besar sehingga elektron-elektron terlepas keluar dari atom-atom hidrogen dan menghasilkan cairan elektrik. Rotasi cepat Jupiter dianggap mendorong arus listrik di area ini (dekat inti Jupiter), sehingga menghasilkan medan magnet yang sangat kuat di planet tersebut.

Suhu inti Jupiter bisa mencapai 90,032 derajat Fahrenheit (50.000 derajat Celcius). Apa yang bisa ditemukan manusia di dalam sana hanyalah mineral besi dan silikat (senyawa yang mengandung silikon, oksigen, dan beberapa logam).


5. Permukaan

Penampakan atmosfer Jupiter yang mirip lukisan Van Gogh. (Foto: NASA)

Sebagai raksasa gas, Jupiter tidak memiliki permukaan yang benar-benar solid, seperti Bumi. Banyak putaran gas dan cairan di dalamnya.

Juno pun tidak memiliki tempat untuk mendarat di Jupiter, sebab pesawat angkasa luar milik NASA ini bisa langsung hancur. Tekanan ekstrem dan suhu di planet ini mampu menghancurkan, mencairkan dan menguapkan benda asing apapun yang menapaki permukaannya.


6. Atmosfer

Ilustrasi terpaan angin matahari yang memampatkan magnetosfer planet Jupiter sehingga memicu aurora sinar X di planet raksasa tersebut. (Sumber JAXA)

Jupiter memiliki tiga lapisan awan yang membentang sekitar 44 mil (71 kilometer). Lapisan atas diduga terbuat dari es amonia, sedangkan lapisan tengah kemungkinan terbuat dari kristal amonium hidrosulfida, dan lapisan terdalam terbuat dari es air dan uap.

Warna-warna cerah yang biasa Anda lihat dari potret Juno merupakan gumpalan gas sulfur dan fosfor yang naik dari inti planet. Rotasi cepat Jupiter --berputar sekali setiap 10 jam-- menciptakan aliran jet yang kuat.

Tanpa adanya permukaan yang bersifat padat, garis-garis dan pusaran angin di Jupiter bisa bertahan selama bertahun-tahun. Badai di Jupiter terbentuk oleh lebih dari selusin angin kencang, kekuatan embusannya bisa mencapai hingga 335 mil per jam (539 kilometer per jam) di garis khatulistiwa Jupiter.


7. Potensi Kehidupan

Penampakan pusaran gas Jupiter. (Foto: NASA)

Lingkungan Jupiter mungkin tidak kondusif bagi kehidupan manusia. Suhu, tekanan dan material yang menjadi ciri planet ini, dinilai terlalu ekstrem dan mudah berubah bagi organisme untuk beradaptasi.

Meski planet ini menjadi tempat yang tidak memungkinkan bagi makhluk hidup, namun hal tersebut tidak berlaku untuk satelit alaminya. Contohnya adalah Europa.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya