Liputan6.com, Jakarta - Beberapa hari ini peternak ayam di Tanah Air mengeluhkan kenaikan harga jagung pakan, yang menembus Rp 5.000 per kilogram. Selain mahal, menurut Ketua Peternakan dan Perikanan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Anton J Supit, ketersediannya juga kian terbatas.
Dia menyebut rata-rata kebutuhan pakan jagung untuk pakan ternak sebanyak 8 juta ton per tahun. Anton mengakui ada persoalan lain di luar ketersediaan pakan, yakni rantai pasok pakan jagung yang masih panjang, dan membuat harganya terkatrol cukup tinggi.
Advertisement
Menjawab permasalahan Anton, Corporate Secretary PT Malindo Feedmill Tbk Andre Andreas Hendjan menyampaikan saat ini industri pakan masih bertahan karena masih memiliki stok jagung sampai akhir tahun.
Andre tak menampik harga jagung saat ini lebih tinggi dibandingkan beberapa bulan sebelumnya. Namun, menurutnya, produksi tidak menemukan hambatan.
"Produksi pakan Malindo masih berjalan lancar, tidak ada hambatan. Untuk pasokan jagung, saya rasa masih mencukupi kebutuhan," kata Andre dalam keterangannya, Jumat (28/9/2018).
Kondisi ini sesuai dengan hitungan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan (Ditjen TP) Kementan, bahwa produksi jagung diperkirakan mencapai 30 juta ton pipilan kering (PK) pada 2018. Ini didukung luas panen per tahun yang rata-rata meningkat 11,06 persen dan produktivitas rata-rata meningkat 1,42 persen seperti tercantum dalam ARAM I BPS pada 2018.
Sementara berdasarkan data Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementan, kebutuhan jagung tahun ini diperkirakan sebesar 15,5 juta ton. Terdiri atas pakan ternak sebesar 7,76 juta ton PK, peternak mandiri 2,52 juta ton PK, untuk benih 120 ribu ton PK, dan industri pangan 4,76 juta ton PK.
"Artinya kita masih surplus sebesar 12,98 juta ton PK. Bahkan Indonesia telah mengekspor jagung ke Filipina dan Malaysia sebanyak 372.990 ton," papar Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Sumarjo Gatot Irianto.
Lonjakan ekspor jagung tinggi tahun ini memang cukup tinggi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ekspor jagung selama Januari-Juli 2018 mencapai 302.520 ton. Angka itu 14 kali lebih banyak dibandingkan dengan realisasi periode yang sama tahun lalu, yang tercatat 22.230 ton. Atau 10 kali lebih dibandingkan semester I-2016 yang 27.870 ton, bahkan akumulasi ekspor sepanjang tahun 2016 dan 2017.
Gatot tak menampik harga jagung naik pada musim-musim tertentu, namun bukan berarti ada masalah pada produksi dan pasokan. Ia menjelaskan kebutuhan jagung untuk pabrik pakan sebesar 50 persen dari total kebutuhan nasional. Sehingga sensitif terhadap gejolak. Ditambah lagi beberapa pabrik pakan tidak berada di sentra produksi jagung.
Ada setidaknya 93 pabrik pakan di Indonesia yang tersebar di 11 propinsi. "Beberapa pabrik pakan di daerah seperti, Banten, Jakarta, Kalbar, dan Kalsel, tidak berada di sentra produksi jagung," tutup Gatot.