Sanksi Iran Bawa Harga Minyak Brent Sentuh Level Tertinggi dalam 4 Tahun

Harga minyak terus dibayangi rencana AS menerapkan sanksi baru terhadap Iran, produsen minyak OPEC nomor 3, mulai 4 November.

oleh Nurmayanti diperbarui 29 Sep 2018, 06:45 WIB
Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Sangaji)

Liputan6.com, New York - Harga minyak naik lebih dari 1 persen. Di mana harga minyak Brent naik ke level tertinggi dalam empat tahun dipicu sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap Teheran terkait ekspor minyak mentah  membuat pasokan berkurang meski eksportir utama lainnya berupaya meningkatkan produksi.

Melansir laman Reuters, Sabtu (29/9/2018), harga minyak berjangka Brent naik USD 1 menjadi USD 82,72 per barel. Adapun sesi tertinggi harga minyak ini di USD 82,87, yang merupakan kontrak tertinggi sejak 10 November 2014. Pada kuartal ketiga, Brent telah menguat sekitar 4 persen.

Sementara harga minyak berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) naik USD 1,13 menjadi USD 73,25 per barel. Harga minyak sempat di USD 73,73, merupakan posisi tertinggi sejak 11 Juli. 

Harga minyak terus dibayangi rencana AS menerapkan sanksi baru terhadap Iran, produsen nomor 3 di Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), mulai pada 4 November.

"Potensi kejutan terkait pasokan karena produksi minyak menurun di Iran dan Venezuela akan tetap membuat bullish harga minyak, dan putaran kedua sanksi AS terhadap Iran pada November akan lebih memberi sentimen," kata Abhishek Kumar, Analis Energi Senior di Interfax Energy. di London.

Washington memintak para negara pembeli minyak Iran untuk menghentikan pembeliannya. Negara ini memaksa Teheran untuk merundingkan perjanjian nuklir baru dan untuk mengekang pengaruhnya di Timur Tengah.

Sinopec Corp dari China mengurangi separuh pembelian minyak mentahnya dari Iran pada bulan ini, seiring tekanan dari Washington.

Namun, India, pembeli utama lainnya, berkomitmen untuk membeli minyak dari Teheran, kata menteri luar negeri Iran.

"Negara-negara OPEC lainnya telah meningkatkan produksi, tetapi persediaan global masih turun," kata para analis.

Arab Saudi diperkirakan akan menambah minyak ke pasar untuk mengimbangi penurunan produksi Iran. Saudi dan produsen OPEC dan non-OPEC lainnya telah membahas kemungkinan peningkatan produksi sekitar 500.000 barel per hari (bpd).

Namun, ANZ mengatakan dalam catatan bahwa pemasok utama tidak mungkin untuk mengimbangi berkurangnya pasokan akibat sanksi yang diperkirakan 1,5 juta bpd.

Pada 2018, puncak ekspor Iran terjadi pada Mei. Negara ini Iran mengekspor 2,71 juta bpd, hampir 3 persen dari konsumsi harian minyak mentah global.

 


Harga Minyak Kemarin

Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Sangaji)

Harga minyak mentah dunia sedikit lebih tinggi. Kenaikan ini dipicu prospek berkurangnya pasokan global setelah sanksi AS terhadap eksportir minyak mentah Iran mulai berlaku dalam lima minggu.

Melansir laman Reuters, Jumat (28/9/2018),  kontrak berjangka minyak Brent Brent paling aktif di bursa berjangka ditutup naik 59 sen ke level USD 81,38 per barel. Namun ini masih di bawah level tertinggi USD 81,90.

Meski demikian, ini juga masih dalam kisaran posisi tertinggi dalam empat tahun pada level USD 82,55 per barel. Adapun harga minyak mentah AS ditutup naik 55 sen menjadi USD 72,12 per barel.

Presiden AS Donald Trump menuntut agar Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) meningkatkan produksi untuk mencegah kenaikan harga menjelang pemilihan pada bulan November bagi anggota Kongres AS.

"Pasar terus bergerak lebih tinggi di tengah kekhawatiran bahwa hilangnya pasokan dari ekspor Iran," kata Direktur Riset Pasar Tradition Energy, Gene McGillian di Stamford Connecticut.

Analis mengatakan bahwa OPEC dan Rusia tampaknya tidak akan segera meningkatkan produksinya seperti permintaan Trump.

Sekretaris Energi AS Rick Perry telah mengesampingkan penggunaan cadangan minyak mentah AS yang strategis untuk menurunkan harga minyak.

"Di atas kertas, Anda dapat membantah bahwa sudut pandang teknis dan fundamental menunjukkan harga yang lebih tinggi. Jadi saya pikir itu akan berlanjut hingga minggu depan dan seterusnya," kata Manajer Senior Saxo Bank Ole Hansen.

Namun Hansen mengatakan dia "berjuang untuk melihat" harga mencapai USD 100 per barel.

“Sudah di USD 80, kita melihat harga minyak lokal yang muncul di pasar cukup dekat dengan tempat kita mencapai posisi tertinggi beberapa tahun yang lalu ... perlombaan untuk melindungi konsumen dari kenaikan harga lebih jauh dari sini dapat berpotensi berdampak pertumbuhan permintaan lebih cepat daripada harapan," lanjut Hansen.

Adapun puncak ekspor minyak Iran tahun ini terjadi pada bulan Mei. Iran mengekspor 2,71 juta bpd, hampir 3 persen dari konsumsi harian minyak mentah global.

Arab Saudi diam-diam akan menambahkan pasokan minyaknya ke pasar dalam beberapa bulan mendatang untuk mengimbangi penurunan produksi Iran. Bila ekspor Iran dihentikan, OPEC memiliki kapasitas cadangan yang lebih sedikit. Iran merupakan produsen terbesar ketiga kelompok tersebut.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya