Liputan6.com, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengaku kesulitan mendapatkan data terkini korban bencana gempa dan tsunami di Donggala dan Kota Palu, Sulawesi Tengah. Hal itu lantaran jaringan komunikasi yang masih lumpuh di kawasan yang terkena bencana.
"Daerah Donggala dan Palu kita belum dapat data yang komprehensif. Listrik padam, komunikasi putus, menyebabkan data belum terupdate baik," tutur Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di Gedung BNPB, Jakarta Timur, Sabtu (29/9/2018).
Advertisement
Menurut dia, daerah Donggala dan Palu memang menjadi wilayah rawan tinggi gempa bumi dan tsunami. Dalam sejarah, gempa mematikan diikuti tsunami terjadi pada tahun 1927 dan 1958 disebabkan jalur sesar Palu-Koro.
"Berdasarkan pengalaman, jika suatu daerah diguncang 6 mmi, biasanya rumah penduduk hancur, roboh. Di Donggala dan Palu lebih dari 6 mmi. 6 Sampai 8 mmi," jelas Sutopo.
Sejauh ini, korban tewas akibat gempa bumi di Palu tercatat ada 48 orang. Di pantai akibat tsunami juga diduga cukup banyak korban meninggal dunia yang belum terdata.
"Memang tsunami menerjang Kota Palu dan Donggala dengan tinggi satu hingga tiga meter. Korban banyak karena masyarakat banyak melakukan aktivitas di pantai," Sutopo menandaskan.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
4 Daerah Terparah
Saat ini ada empat daerah yang terdampak paling parah setelah gempa dan tsunami mengguncang Palu dan Donggala. Yakni Kabupaten Donggala, Kota Palu, Kabupaten Parigi Moutong dan Mamuju Utara.
"Di empat daerah itu rencana pendirian posko BSMI," ujar Ketua Umum Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) Djazuli Ambar dalam keterangan persnya.
Sementara, BSMI regional Sulawesi, Maluku, Papua (Sulampapua) memberangkatkan delapan orang tim rescue ke wilayah terdampak gempa bumi di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat pada Sabtu (29/9/2018).
Djazuli menjelaskan, tim terdiri dari empat orang rescue, dua dokter, satu teknik dan dua relawan media serta data. Sementara dari Jakarta, BSMI akan memberangkatkan satu orang dokter dan satu perawat beserta dengan bantuan logistik dan medis.
"Tim dari Jakarta akan berangkat bersama dengan TNI AU membawa logistik dan peralatan medis. Menurut informasi relawan BSMI Palu yang dibutuhkan segera tenaga medis yang cukup banyak dan pendirian rumah sakit lapangan," papar Djazuli di Jakarta.
Advertisement