Demi Eksis di Browser Milik Apple, Google Harus Setor Rp 134 Triliun

Analis Rod Hall memperkirakan Google harus menyetor US$ 9 miliar atau berkisar Rp 134 triliun (asumsi kurs Rp 14.903) kepada Apple.

oleh Andina Librianty diperbarui 01 Okt 2018, 10:00 WIB
Kantor pusat Google di Mountain View. Liputan6.com/Jeko Iqbal Reza

Liputan6.com, Cupertino - Google saat ini merupakan mesin pencari bawaan di browser Safari untuk iPhone dan iPad.

Untuk terus bisa mempertahankan posisinya itu, Google harus megeluarkan uang ratusan triliun rupiah tahun ini.

Dilansir Phone Arena, Senin (1/10/2018), analis Rod Hall memperkirakan Google harus menyetor US$ 9 miliar atau berkisar Rp 134 triliun (asumsi kurs Rp 14.903) pada tahun ini kepada Apple, agar terus bisa menjadi mesin pencari bawaan di perangkat iOS. Jumlahnya juga naik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Google pada 2014 misalnya, harus membayar sebesar US$ 1 miliar, kemudian pada tahun lalu naik menjadi US$ 3 miliar. Hingga kemungkinan besar, kesepakatan tahun ini bisa menyentuh angka US$ 9 miliar.

Menurut laporan, Apple adalah salah satu kontributor trafik terbesar untuk Google. Karenanya, dinilai tidak mengherankan jika jumlah uang yang harus dibayar oleh Google kembali bertambah.

Lebih lanjut, Hall memperkirakan jumlah tersebut akan terus bertambah dalam tahun-tahun ke depan. Menurutnya, jumlahnya bisa mencapai US$ 12 miliar pada 2019.

Apple disebut akan terus mematok harga tinggi, setidaknya sampai Google menolak jika dirasa terlalu mahal.

Namun jika Google sampai menolak, Apple bisa dengan mudah menjalin kerjasama dengan Microsoft untuk menjadikan Bing sebagai opsi bawaan.

Terlepas dari besaran dana untuk menjadi mesin pencari bawaah iOS, kerja sama Google dan Apple sejauh ini dinilai memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak.


Bos Google: Jangan Sampai Politik Menghalangi Pekerjaan

Google Doodle Asian Games 2018. (Foto: Google)

Terlepas dari persoalan mesin pencari, CEO Google, Sundar Pichai, beberapa waktu lalu memperingatkan seluruh karyawannya agar politik jangan sampai menghalangi pekerjaan. Jika sampai terjadi, maka akan ada konsekuensi yang harus dihadapi.

Pichai menegaskan Google tidak akan membiaskan produknya demi agenda politik apa pun. Hal tersebut disampaikan Pichai melalui sebuah memo internal kepada para karyawan.

"Kepercayaan para pengguna kami adalah aset terbaik dan kami harus selalu melindunginya. Jika ada Googler (sebutan untuk karyawan Google) yang merusak kepercayaan itu, kami akan meminta pertanggungjawaban mereka," tulis Pichai.


Google 'Dibidik

CEO Sundar Pichai ketika membawakan keynotes di Google I/O 2017. (Doc: Google HQ)

Memo Pichai ini muncul saat perusahaan menjadi sasaran "bidikan" Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump dan para pendukungnya, di tengah tuduhan bias politik.

Trump pada Agustus 2018 mengatakan, Google mengambil keuntungan dari banyak orang dan menuduh perusahaan mencurangi hasil pencarian terhadapnya.

Sebelumnya, Wall Street Journal mengungkapkan bahwa pada awal 2017, beberapa karyawan Google di internal mendiskusikan cara untuk memanipulasi hasil pencarian sebagai protes terhadap larangan perjalanan Trump.

Lebih lanjut, terlepas dari memo Pichai, tekanan terhadap Google terus bertambah. Pasalnya, Gedung Putih dilaporkan sedang mempertimbangkan rencana investigasi antitrust terkait "bias platform online" terhadap Google dan Facebook. Pihak Google belum berkomentar terkait rencana tersebut.

(Din/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya