Dunia Sorot Gempa-Tsunami di Palu dan Donggala yang Menelan 832 Korban Jiwa

Lindu dan tsunami yang terjadi di Palu dan Donggala menjadi sorotan dunia dan media internasional.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 30 Sep 2018, 18:35 WIB
Warga mengevakuasi kantong jenazah berisi jasad korban tsunami di Palu, Sulawesi Tengah , Sabtu (29/9). Gelombang tsunami setinggi 1,5 meter yang menerjang Palu terjadi setelah gempa bumi mengguncang Palu dan Donggala. (AP Photo/Rifki)

Liputan6.com, Jakarta - Tak ada yang bisa memprediksi, kapan dan di mana gempa serta tsunami akan melanda.

Maka, wajar jika warga Palu dan Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah, sontak panik saat tanah yang mereka pijak berguncang, yang kemudian disusul gelombang pasang setinggi 2-6 meter dengan kecepatan 200-400 km/jam, yang menerjang dari laut Selat Makassar pada Jumat 28 September 2018 sore menjelang malam WITA.

Gempa yang disusul tsunami itu menyebabkan lebih dari 800 orang tewas dan ratusan lainnya terluka --menjadikan bencana tersebut sebagai salah satu yang paling tragis dalam sejarah Indonesia.

Pemerintah pusat segera turun tangan untuk membantu pemerintah daerah di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, guna menangani korban terdampak gempa dan tsunami. Hal itu diperlukan mengingat, bencana tersebut menyebabkan kehancuran infrastruktur secara signifikan. Namun, kerusakan infrastruktur menghambat proses distribusi bantuan.

Lindu dan tsunami yang terjadi di Palu dan Donggala pun menjadi sorotan dunia, beberapa media asing menyorot mengenai betapa tsunami di Palu dan Donggala datang secara mengejutkan. Sementara yang lain memberitakan tentang jumlah korban tewas yang diperkirakan mencapai sekurang-kurangnya 1.000 jiwa --dengan hampir sekitar 800 jasad korban ditemukan di Palu, belum termasuk di wilayah Donggala yang sulit diakses.

Orang-orang melihat kerusakan pantai yang terkena tsunami setelah gempa kuat disusul tsunami menghantam Kota Palu di Sulawesi Tengah, Sabtu (29/9). Dampak dari bencana tersebut melulunlantakkan bangunan dan ratusan jiwa meninggal dunia. (AFP/Bay ISMOYO)

Media Australia ABC.net.au menyorot soal jumlah korban tsunami di Palu dan Donggala, dengan memasang judul berita "Indonesian tsunami: 832 confirmed dead, affected area bigger than initially thought", demikian seperti dilansir pada hari Minggu (30/9/2018).

"Korban tewas akibat gempa dan tsunami Indonesia telah meningkat menjadi 832, pejabat negara telah mengonfirmasi, dengan jumlah korban tewas diperkirakan akan terus meningkat tajam," tulis ABC.net.au.

Situs koran Inggris, The Guardian juga menyorot bencana tersebut dengan menulis berita berjudul "Indonesia tsunami: cries for help from rubble amid fears thousands dead."

"Wakil Presiden RI Jusuf Kalla memperkirakan jumlah korban tewas akibat gempa dan tsunami yang menghantam pulau Sulawesi, bisa mencapai ribuan orang," tulis The Guardian mengutip Wapres JK.

"Gempa menghancurkan ribuan rumah di Kota Palu, termasuk hotel delapan lantai, rumah sakit, dan pusat perbelanjaan ... Tsunami dilaporkan mencapai enam meter yang menerjang daratan dengan kecepatan mencapai 400 km/jam," lanjut The Guardian dalam pemberitaan lain.

Orang-orang memeriksa kerusakan sebuah pusat perbelanjaan setelah gempa bumi dan tsunami menghantam Kota Palu di Sulawesi Tengah, Minggu (30/9). Dampak dari bencana tersebut melulunlantakkan bangunan dan ratusan jiwa meninggal dunia. (AP/Tatan Syuflana)

Situs televisi India, NDTV, memasang judul berita "832 Killed In Indonesia Quake, Tsunami; Food Shortage, Looting Reported."

"Jumlah korban tewas akibat gempa bumi dahsyat dan tsunami di Indonesia melonjak menjadi 832 pada Minggu. Sementara itu, orang-orang yang terseok-seok untuk berjuang hidup, berupaya menjarah makanan dan air," tulis NDTV.

Situs televisi Singapura, Channel News Asia, memasang berita berjudul "At least 832 dead in Indonesia quake-tsunami disaster: Official."

"Korban tewas akibat gempa dan tsunami di Indonesia telah melonjak menjadi 832 dan bisa naik lebih tinggi, badan bencana mengatakan pada hari Minggu (30 September)," tulis Channel News Asia.

 

Simak video pilihan berikut:


Ini Penyebab Gempa dan Tsunami di Donggala dan Palu

Seorang pria memeriksa kerusakan akibat gempa dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah , Sabtu (29/9). Gelombang tsunami setinggi 1,5 meter yang menerjang Palu terjadi setelah gempa bumi mengguncang Palu dan Donggala. (AP Photo/Rifki)

Berdasarkan analisis sementara dari para ahli tsunami di Institut Teknologi Bandung (ITB), LIPI, dan BPPT, tsunami pascagempa disebabkan oleh dua hal.

Pertama, adanya longsoran sedimen dasar laut di kedalaman 200-300 meter.

"Sedimen dari sungai-sungai yang bermuara di Teluk Palu belum terkonsolidasi kuat, sehingga runtuh atau longsor saat gempa, dan memicu tsunami. Hal ini terindikasi dari naik turunnya gelombang dan air keruh," jelas kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPN Sutopo Purwo Nugroho, seperti dilansir dari situs resmi BNPB, Sabtu 29 September 2018.

Penyebab kedua terjadinya tsunami di Palu, Donggala, dan sekitarnya disebabkan oleh gempa lokal. Gempa ini terjadi di bagian luar dari Teluk Palu.

Ketinggian tsunami menurut BMKG mencapai 0,5 hingga 3 meter dan langsung menerjang permukiman warga yang berdiri di sepanjang pantai.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya