Liputan6.com, New York - Pengacara hak asasi manusia terkemuka, Amal Clooney, telah meminta pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi untuk memaafkan dua wartawan Reuters yang dipenjara di sana, dan mengatakan bahwa pemenang Nobel perdamaian memegang kunci pembebasan keduanya.
Clooney, berbicara pada seminar kebebasan pers di Markas PBB di New York pada Jumat, 28 September 2018, berusaha menghubungkan status Suu Kyi sebagai seorang pejuang hak asasi manusia terhadap desakan pembebasan Kyaw Soe Oo (28) dan Wa Lone (32).
Dikutip dari Independent.co.uk pada Minggu (30/9/2018), kedua jurnalis dituduh melanggar hukum rahasia negara Myanmar saat melaporkan pembantaian etnis muslim Rohingya. Mereka dipenjara tujuh tahun awal bulan ini, di mana hal tersebut memicu kemarahan internasional.
Baca Juga
Advertisement
Clooney mengatakan, kedua jurnalis itu ditangkap dalam upaya Myanmar mencegah Reuters menerbitkan sebuah cerita tentang pembunuhan di luar hukum, terhadap 10 pria dan anak laki-laki Rohingya.
Istri dari aktor Goerge Clooney itu mencatat bahwa Suu Kyi pernah "mengizinkan orang-orang muda untuk mengupayakan Myanmar yang bebas dan taat aturan hukum".
"Dia tahu bahwa pembunuhan massal bukanlah rahasia negara dan mengungkapnya tidak mengubah seorang jurnalis menjadi mata-mata," kata Clooney tentang Aung San Suu Kyi.
"Dia telah mengatakan bahwa satu tahanan politik terlalu banyak, jadi kami berharap bahwa karena ini adalah prinsip yang telah didukungnya, dia berkenan masuk dan mencoba memperbaiki ketidakadilan dalam kasus terkait," lanjut Clooney.
Sekitar 700.000 orang muslim Rohingya telah melarikan diri ke Bangladesh di tengah kampanye militer brutal di Myanmar, yang mayoritas beragama Budha.
Militer Myanmar dituduh melakukan perkosaan massal, pembunuhan dan membakar ribuan rumah setelah serangan Agustus 2017 oleh militan Rohingya di pos-pos keamanan.
Ditambahhkan oleh Clooney, bahwa keluarga kedua jurnalis telah meminta maaf kepada pemerintah Myanmar, yang baru bisa diterima oleh presiden negara itu setelah berkonsultasi dengan Aung San Suu Kyi.
Simak video pilihan berikut:
Aung San Suu Kyi Bergeming
Di lain pihak, Aung San Suu Kyi menolak kritik atas putusan pengadilan persidangan awal bulan ini.
"Kasus ini telah diadakan di pengadilan terbuka," kata Suu Kyi. "Jika ada yang merasa telah terjadi perampasan keadilan, saya ingin mereka menunjukkannya.
Stephen Adler, presiden dan kepala redaksi Reuters, mengatakan bahwa penangkapan reporternya "jelas ditujukan untuk membuka sumber-sumber berita, dan membuat kami tidak mempublikasikan kisah pembantaian itu."
Adler menyebut penangkapan terkait sebagai sebuah peringatan yang mengerikan untuk para jurnalis lain di seluruh dunia.
"Kami tahu tentang pembantaian (etnis Rohingya) karena wartawan kami melakukan tugas jurnalisme yang baik," kata Adler.
Muslim Rohingya telah lama diperlakukan sebagai orang luar di Myanmar yang mayoritas beragama Buddha, meskipun keluarga mereka telah tinggal di negara ini selama beberapa generasi.
Sementara itu, diskusi pada hari Jumat tersebut digelar oleh Komite untuk Melindungi Wartawan, yang juga menyoroti penindasan dan penyalahgunaan tugas jurnalistik di berbagai konflik di seluruh dunia, termasuk Bangladesh, Mesir dan Kyrgyzstan.
Advertisement