Kemeriahan Panggung Rakyat dalam Festival Ujungan Banjarnegara

Atraksi body painting hampir usai ketika tiba-tiba di hamparan jerami di latar depan panggung gelaran Festival Ujungan, Banjarnegara ini muncul empat barongsai.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 01 Okt 2018, 08:01 WIB
Perpaduan tari tradisional dan body painting dalam panggung hiburan Festival Ujungan, Banjarnegara. (Liputan6.com/Yusmanto/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Banjarnegara - Azan Isya belum lama usai. Namun, masyarakat Susukan, Banjarnegara, Jawa Tengah sudah berduyun-duyun datang ke lapangan untuk menyaksikan berbagai ragam sajian seni pertunjukan rakyat di pengujung Festival Ujungan, Banjarnegara.

Hamparan lapangan Desa Kemranggon yang pada siang harinya disibukkan oleh tradisi Ujungan, malam harinya berubah meriah. Masyarakat bersiap menyambut panggung rakyat sebagai pengujung festival secara lengkap terangkai selama 10 hari ini.

Pembuka panggung, siswa SMP Negeri 1 Susukan menyajikan calung Banyumasan dengan sajian lagu-lagu baru karya Yusmanto. Kreator seni asal Karangjati ini mempersiapkan tiga lagu berjudul Brayan, Nonton Lengger, dan Dhuwur-dhuwuran.

Meski masih berusia remaja, kemampuan mereka tampaknya tak kalah dengan seniman yang sarat pengalaman. Pertunjukan seni musik, tari, sekaligus suara yang energik ini berhasil menjadi pembuka sajian panggung rakyat Festival Ujungan yang menawan.

Tak cukup sampai di situ, siswa sekolah yang berada di ujung barat wilayah Banjarnegara ini menyajikan karya tari berjudul Pesona Nusantara. Mereka menceritakan keindahan alam nusantara melalui gerak tarian yang dinamis dan musikalitas yang memukau.

Sajian kedua adalah karya tari Kidung Serayu oleh sanggar Raras Irama dari Kota Banjarnegara pimpinan Maryati. Lima penari putra menyajikan gerak tarian penuh tenaga, dalam tarian yang menggambarkan keagungan dan kegairahan sungai Serayu.

Mereka adalah penari-penari yang sudah kenyang pengalaman dan sering menjadi duta budaya Pemerintah Kabupaten Banjarnegara di berbagai perhelatan budaya.

Pertunjukan seni ini semakin panas ketika pelukis Hadiwijaya, Purwokerto dan Chune dari Purbalingga menampilkan body painting yang melibatkan dua penari. Hadiwijaya membalur seluruh tubuh Kiki, penari cilik asal Susukan dengan cat air warna-warni.

Tarian kanvasnya lantas berlabuh pada kulit Wiwin, seorang penari senior asal Purwanegara. Gerakan atraktifnya dalam menggoreskan cat lukis mampu membuat semua penonton mematung. Mereka mengikuti setiap aliran garis di kanvas dan tubuh penari.

Atraksi body painting hampir usia ketika tiba-tiba di hamparan jerami di latar depan panggung gelaran Festival Ujungan, Banjarnegara ini muncul empat barongsai. Grup Barongsai Putra Mandiri pimpinan Evelyn dari Purbalingga itu benar-benar menggenapi kepuasan penonton dengan atraksi yang tangkas menggemaskan di atas papan balok maupun di hamparan jerami.


Urun Daya Seniman di Panggung Rakyat Festival Ujungan

Pertunjukan seni tradisional dalam panggung hiburan di penghujung Festival Ujungan, Banjarnegara. (Liputan6.com/Yusmanto/Muhamad Ridlo)

Penonton pun dengan suka rela mengisi angpau yang dibagikan untuk diberikan kembali lewat mulut barongsai. Dari sejumlah barongsai, Ada satu barongsai berwarna oranye yang menjadi favorit penonton dan ternyata pemainnya baru kelas 4 SD.

Keseluruhan sajian diakhiri dengan pemutaran film dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Banjarnegara yang menyajikan film-film lokal. Penonton yang semula tertuju ke panggung pun beralih ke layar lebar.

Film dokumenter tentang keindahan alam lingkungan yang menjadi daya tarik pariwisata Banjarnegara berhasil menyihir penonton untuk tidak beranjak dari tempat duduknya hingga akhir pertunjukan.

Salah seorang inisiator kegiatan, Yusmanto menjelaskan bahwa semua sajian kesenian di panggung rakyat itu adalah gratis. Perhelatan Festival Ujungan yang diinisiasi oleh masyarakat dan tanpa pembiayaan yang cukup justru telah membangkitkan gairah banyak seniman untuk bersama-sama menunjukkan kemampuan ekspresi melalui karya-karyanya.

Kemeriahan Panggung Rakyat pada perhelatan Festival Ujungan 2018 ini membuktikan seniman mampu berkiprah secara mandiri tanpa harus menunggu kucuran dana dari pemerintah. Di sisi lain, masyarakat pun sangat haus akan hiburan.

"Meskipun perhelatan ini memiliki durasi yang panjang selama sepuluh hari tidak pernah sepi penonton,” katanya, dalam keterangan tertulisnya kepada Liputan6.com.

Hal ini dibuktikan pula dalam pertunjukan wayang kulit purwa yang disajikan oleh Ki Dalang Pepeng Supardi dari susukan pada hari Sabtu malam, penonton tetap berjubel.

Ketua Panitia Andi Setiawan mengatakan bahwa suksesnya Festival Ujungan tidak lepas dari kiprah para seniman dan pekerja seni di wilayah Susukan yang telah berhasil menarik kekuatan dari luar wilayah untuk bersama-sama menjadi penyangga kegiatan.

"Salah satunya adalah EO Bintang Muda asal Purwokerto yang telah bersedia membiayai sebagian kebutuhan dana kegiatan," ujar Andi yang selain sebagai Ketua Dewan Kesenian Kecamatan Susukan juga menjabat sebagai Kepala Desa Kemranggon.

Andi menambahkan, gelaran Festival Ujunngan ini merupakan upaya membangun kebudayaan dan pariwisata Banjarnegara. Dia pun berharap, Festival Ujungan bisa menjadi agenda pariwisata tahunan yang dibiayai dari APBD maupun APBN.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya