Pengrajin saat menyelesaikan pembuatan tenun ikat di salah satu industri rumahan di Desa Bandar Kidul, Kediri, Jawa Timur, Sabtu (29/9). Industri tenun ikat Kediri sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. (Merdeka.com/Iqbal Nugroho)
Pengrajin saat menyelesaikan pembuatan tenun ikat di salah satu industri rumahan di Desa Bandar Kidul, Kediri, Jawa Timur, Sabtu (29/9). Industri tenun ikat Kediri menjadi sumber kehidupan utama bagi warga Bandar Kidul. (Merdeka.com/Iqbal Nugroho)
Pengrajin saat menyelesaikan pembuatan tenun ikat di salah satu industri rumahan di Desa Bandar Kidul, Kediri, Jawa Timur, Sabtu (29/9). Industri rumahan ini mulai bermunculan pascapabrik-pabrik saudagar China dan Arab tutup. (Merdeka.com/Iqbal Nugroho)
Pengrajin memintal benang saat menyelesaikan pembuatan tenun ikat di salah satu industri rumahan di Desa Bandar Kidul, Kediri, Jawa Timur, Sabtu (29/9). Saat ini banyak pengrajin tenun ikat Bandar Kidul terpaksa gulung tikar. (Merdeka.com/Iqbal Nugroho)
Tenun ikat dipajang di salah satu industri rumahan di Desa Bandar Kidul, Kediri, Jawa Timur, Sabtu (29/9). Tenun ikat Bandar Kidul memiliki motif ceplok, tirto, dan goyor dengan bahan dari sutra, semi sutra, dan katun. (Merdeka.com/Iqbal Nugroho)
Sejumlah karya tenun ikat saat dipajang di salah satu industri rumahan tenun ikat di Desa Bandar Kidul, Kediri, Jawa Timur, Sabtu (29/9). Tenun ikat khas Bandar Kidul dibanderol dengan harga mulai Rp 165 ribu hingga Rp 2 juta. (Merdeka.com/Iqbal Nugroho)