Liputan6.com, Jakarta Pasca gempa dan tsunami Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, ponsel Sutopo Purwo Nugroho terus berbunyi. Banyak pesan dan telepon masuk untuk menanyakan kondisi di sana.
Bukan cuma media, pihak kementerian dan staf kedutaan juga menghubunginya selaku Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Sutopo adalah orang yang tepat guna dimintai informasi terbaru mengenai kondisi pasca gempa dan tsunami Palu.
Advertisement
Selain instansi, banyak masyarakat yang menghubunginya langsung untuk mencari tahu keberadaan orangtua, anak, saudara, teman yang belum dapat dihubungi. Bahkan, orang asing juga menanyakan informasi terbaru lewat pesan WhatsApp atau telepon.
"Saya harus melayani dan menjelaskan semuanya. Harus sabar, telaten dan membesarkan hati masyarakat yang kehilangan saudaranya. Komunikasi memang lumpuh. Saya sendiri kesulitan mencari data," kata Sutopo dalam pesan teks yang diterima media ditulis Senin, (1/10/2018).
Ia pun meminta maaf kepada rekan-rekan media karena tidak bisa melayani wawancara satu per satu. Namun, ia berjanji terus melakukan update informasi lewat WhatsApp Group dan konferensi pers. Selain itu, ia juga terus memperbaharui informasi lewat media sosial Twitter @Sutopo_PN.
Upaya Sutopo mencari data pasca gempa serta menyebarkan informasi, dilakukannya semaksimal mungkin walau kini dirinya tengah berjuang melawan kanker paru stadium 4B.
"Namun, mohon maaf kondisi fisik saya tidak bisa ditipu. Sakit kanker paru-paru stadium 4B yang telah menyebar di beberapa bagian tubuh menyebabkan saya lemah. Rasa sakit yang mendera juga menyebabkan sulit untuk tidur nyenyak," katanya.
Fisik makin lemah
Kanker paru di tubuhnya membuat fisik Sutopo makin lemah. Belum lagi nyeri punggung dan dan dada kiri terasa menyakitkan. Tulang belakangnya pun sudah bengkok karena terdorong massa kanker. Belum lagi rasa mual, ingin muntah, sesak napas.
"Sekali lagi, mohon maaf saya tidak dapat melayani dengan prima semua pertanyaan rekan-rekan media. Jika sehat pasti saya lakukan kapanpun, dimana pun, bagaimanapun selama 24 jam 7 hari seminggu."
Sutopo didiagnosis kanker paru stadium 4B sejak Januari 2018. Awalnya ia syok, apalagi ia selama ini menjalani gaya hidup sehat, kemudian meminta second opinion dengan menemui dokter di Malaysia. Hasilnya sama.
"Saya bengong aja (saat mendengar diagnosis itu), terus saya mikir hidup mati itu di tangan Allah," katanya saat bertemu Health-Liputan6.com beberapa waktu lalu di kantornya yang terletak di Jalan Pramuka, Jakarta.
Saksikan juga video wawancara Liputan6.com dengan Sutopo berikut ini.
Advertisement