Android Nougat Masih Berkuasa, Oreo Malah Loyo

Berdasarkan data baru ini, Android Nougat masih merajai daftar penyebaran OS Android.

oleh Andina Librianty diperbarui 02 Okt 2018, 10:00 WIB
Data distribusi Android selama 7 hari, yang berakhir pada 28 September 2018 (screenshot: developer Android)

Liputan6.com, Jakarta - Google kembali merilis data distribusi sistem operasi (OS) Android. Berdasarkan data baru ini, Android Nougat masih merajai daftar penyebaran OS Android.

Dilansir GSM Arena, Selasa (2/10/2018), Android Nougat masih memimpin dengan 29,3 persen pangsa pasar. Namun jumlahnya turun dibandingkan sebelumnya, yakni 30,8 persen.

Selanjutnya, Android Marshmallow dengan 21,6 persen pangsa pasar dan Oreo menutup posisi tiga besar dengan 19,2 persen.

Posisi lima besar lainnya ditempati Android Lollipop gabungan versi 5.0 dan 5.1 dengan 18,3 persen dan KitKat 4.4 sebesar 7,8 persen pangsa pasar.

Android Jelly Bean saat ini hanya memiliki 3,2 persen pangsa pasar, serta Ice Cream Sandwich dan Gingerbread di posisi yang sama dengan 0,3 persen.

Data ini dikumpulkan selama tujuh hari yang berakhir pada 28 September 2018. Google tidak menampilkan versi Android dengan angka distribusi di bawah 0,1 persen.

 


Bos Google: Jangan Sampai Politik Menghalangi Pekerjaan

Google Doodle Asian Games 2018. (Foto: Google)

Terlepas dari persoalan mesin pencari, CEO Google, Sundar Pichai, beberapa waktu lalu memperingatkan seluruh karyawannya agar politik jangan sampai menghalangi pekerjaan. Jika sampai terjadi, maka akan ada konsekuensi yang harus dihadapi.

Pichai menegaskan Google tidak akan membiaskan produknya demi agenda politik apa pun. Hal tersebut disampaikan Pichai melalui sebuah memo internal kepada para karyawan.

"Kepercayaan para pengguna kami adalah aset terbaik dan kami harus selalu melindunginya. Jika ada Googler (sebutan untuk karyawan Google) yang merusak kepercayaan itu, kami akan meminta pertanggungjawaban mereka," tulis Pichai.


Google

Google Doodle Semarakkan Hari Kemerdekaan Indonesia ke-73. (Doc: Google)

Memo Pichai ini muncul saat perusahaan menjadi sasaran "bidikan" Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump dan para pendukungnya, di tengah tuduhan bias politik.

Trump pada Agustus 2018 mengatakan, Google mengambil keuntungan dari banyak orang dan menuduh perusahaan mencurangi hasil pencarian terhadapnya.

Sebelumnya, Wall Street Journal mengungkapkan bahwa pada awal 2017, beberapa karyawan Google di internal mendiskusikan cara untuk memanipulasi hasil pencarian sebagai protes terhadap larangan perjalanan Trump.

Lebih lanjut, terlepas dari memo Pichai, tekanan terhadap Google terus bertambah. Pasalnya, Gedung Putih dilaporkan sedang mempertimbangkan rencana investigasi antitrust terkait "bias platform online" terhadap Google dan Facebook. Pihak Google belum berkomentar terkait rencana tersebut.

(Din/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya