Perahu eretan atau tambangan saat mengantarkan warga menyeberangi Sungai Brantas, Desa Mayan, Mojo, Kediri, Sabtu (29/9). Perahu eretan ini sudah ada sebelum masa penjajahan Belanda. (Merdeka.com/Iqbal Nugroho)
Perahu eretan atau tambangan saat mengantarkan warga menyeberangi Sungai Brantas, Desa Mayan, Mojo, Kediri, Sabtu (29/9). Perahu eretan masih menjadi transportasi pilihan warga Kediri menyeberangi Sungai Brantas. (Merdeka.com/Iqbal Nugroho)
Pengendara sepeda motor membawa pakan ternak saat menyeberangi Sungai Brantas menaiki perahu eretan di Desa Mayan, Mojo, Kediri, Sabtu (29/9). Meski sudah ada jembatan, warga memilih perahu eretan sebagai penunjang aktivitas. (Merdeka.com/Iqbal Nugroho)
Pengendara sepeda motor bersiap menaiki perahu eretan atau tambangan di Sungai Brantas, Desa Mayan, Mojo, Kediri, Sabtu (29/9). Jasa perahu eretan di desa ini beroperasi selama 24 jam dengan pembagian 2 shift. (Merdeka.com/Iqbal Nugroho)
Pemandangan saat warga menaiki perahu eretan atau tambangan menyeberangi Sungai Brantas, Desa Mayan, Mojo, Kediri, Sabtu (29/9). Perahu eretan biasanya mengangkut petani, siswa, hingga pengendara sepeda motor. (Merdeka.com/Iqbal Nugroho)
Nakhoda menghitung uang hasil jasa perahu eretan atau tambangan di Sungai Brantas, Desa Mayan, Mojo, Kediri, Sabtu (29/9). Untuk sekali menyeberang warga cukup mengeluarkan tarif Rp 2 ribu. (Merdeka.com/Iqbal Nugroho)