Liputan6.com, Jakarta - Sebelum sukses mendirikan startup, pria asal Tiongkok bernama Zhang Yiming, mengajukan idenya tentang aplikasi agregator berita berbasis kecerdasan buatan, enam tahun lalu. Kala itu banyak investor, termasuk Sequoia Capital skeptis.
Banyak yang mempertanyakan bagaimana seorang engineer perangkat lunak tersebut bisa mengalahkan portal berita lainnya, seperti yang digerakkan raksasa media sosial Tencent Holdings Ltd untuk meraup keuntungan, sementara Google gagal melakukannya.
Baca Juga
Advertisement
Namun Zhang selalu optimistis dan membuktikan bahwa mereka salah. Kini perusahaannya yang diberi nama Bytedance Ltd, diperkirakan sedang menuju valuasi sebesar US$ 75 miliar atau sekitar Rp 1.118 (Rp 14.908 per US$ 1). Mengutip laman The Edge Markets, Senin (1/10/2018), nilai tersebut bahkan telah melebihi Uber Technologies Inc.
Kini, banyak investor berbondong-bondong datang untuk memberikan dana, salah satunya Softbank Group corp yang dikabarkan berencana untuk berinvestasi sebesar US$ 1,5 miliar atau sekitar Rp 22,3 triliun. Bytedance saat ini disokong KKR & Co, General Atlantic, dan Sequoia.
Konsep yang ditawarkan Bytedance adalah penggabungan antara Google dan Facebook.
“Hal terpenting di sini adalah kami bukan bisnis berita. Kami lebih seperti bisnis mesin pencari atau platform media sosial,” ungkap pria 32 tahun tersebut dalam wawancaranya pada 2017.
Ia juga menambahkan bahwa dirinya sama sekali tidak mempekerjakan editor atau reporter.
“Kami mengerjakan pekerjaan yang sangat inovatif. Kami tidak meniru perusahaan/startup Amerika Serikat, baik dari sisi produk maupun teknologi,” ucapnya menegaskan.
Perjalanan Bytedance
Bytedance bermula dari situs berita Jinri Toutiao, yang berkaitan erat dengan serangkaian akuisisi dan ekspansi strategis, mendorong perusahaan ke dalam industri mobile video yang populer hingga ke luar Tiongkok.
Bahkan, berkat aplikasi ini Bytedance berhasil meraup ratusan juta pengguna sehingga mengancam dominasi operator internet terbesar di Tiongkok.
Perusahaan ini telah mencakup sejumlah layanan, seperti video Tik Tok yang dikenal sebagai Douyin serta platform yang berhubungan dengan hiburan hingga seputar selebritas.
Meski perusahaan sempat ditegur pihak berwenang karena gagal memfilter konten, tetapi Zhang tetap mengirimkan konten berbasis AI untuk pengguna.
Zhang sempat disepelakan sejumlah perusahaan pemberi modal usaha di Tiongkok. Seiring berjalannya waktu, Zhang mendapatkan investasi dari Susquehanna Internasional group pada Agustus 2012, di mana platform berita dapat mempelajari apa yang dibaca dan dicari pengguna.
Advertisement
Akuisisi Musical.ly
Kemudian, pada pertengahan 2014, aplikasi platform berita miliknya berkembang pesat hingga mengantongi 13 juta pengguna aktif.
Pada September 2016, Zhang meluncurkan Douyin. Aplikasi ini digunakan pengguna untuk memotret, mengedit rekaman, menambahkan filter, dan membagikan ke platform seperti WeChat yang mirip seperti Twitter.
Setahun kemudian, Bytedance berhasil mengakuisis Musical.ly senilai US$ 800 juta atau sekitar Rp 11,9 triliun. Tik Tok kemudian bergabung bersama Douyin dan berhasil meraup 500 juta pengguna per Juli 2018.
Sementara itu, perusahaan sedang mengembangkan penjualan iklannya, terutama fokus di Jinri Toutiao.
(Vivi Hartini/Isk)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini