Deflasi DKI Jakarta Lebih Rendah Dibandingkan Nasional

Harga beras diprakirakan naik seiring mulai masuknya musim tanam, sehingga pasokan ke Ibukota cenderung berkurang.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 01 Okt 2018, 19:31 WIB
Pedagang merapikan barang dagangannya di Tebet, Jakarta, Senin (3/10). Secara umum, bahan makanan deflasi tapi ada kenaikan cabai merah sehingga peranannya mengalami inflasi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Tekanan harga di Provinsi DKI Jakarta pada bulan kesembilan tahun 2018 kembali turun. Perkembangan harga-harga di Jakarta pada September 2018 membawa Jakarta mengalami deflasi sebesar 0,13 persen (mtm).

Walau tidak sedalam deflasi nasional (0,18 persen mtm), angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata tiga tahun sebelumnya yang mengalami inflasi (0,08 persen mtm).

Dengan perkembangan ini, laju inflasi DKI Jakarta sejak awal tahun tercatat sebesar 2,07 persen (ytd) atau 2,88 prrsen (yoy).

"Deflasi terutama disebabkan oleh penurunan harga pada kelompok bahan makanan serta kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta Trisno Nugroho di Jakarta, Senin (1/10/2018).

Turunnya harga sebagian besar kelompok bahan makananmenjadi faktor pendorong deflasi September 2018. Kelompok bahan makanan tercatat mengalami deflasi sebesar 1,11 persen (mtm).

Trisno menambahkan, walau harga beras mengalami kenaikan, sebagian besar harga pangan strategis lainnya turun cukup dalam, seperti daging ayam ras, telur ayam ras, cabai merah dan bawang merah.

Penurunan harga berbagai komoditas tersebut tercermin dari deflasi subkelompok daging dan hasil-hasilnya serta subkelompok bumbu-bumbuan (4,83 persen mtm dan 3,80 prrsen mtm). "Penurunan harga yang cukup dalam ini disebabkan oleh masih berlimpahnya pasokan yang masuk ke ibukota," tambahnya.

Selain itu, tidak adanya momen khusus selama September 2018 juga turut menjaga tingkat permintaan bahan makanan yang berlebih.

Kelompok pengeluaran lainnya yang tercatat mengalami deflasi adalah kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan. Kelompok ini mengalami deflasi sebesar 0,35 persen (mtm), terutama disebabkan penurunan tarif angkutan udara.

Usainya perhelatan Asian Games 2018 dan tidak adanya momen khusus yang dapat mendorong aktivitas perjalanan masyarakat selama September 2018, menyebabkan permintaan akan jasa transportasi udara relatif menurun.

 

* Liputan6.com yang menjadi bagian KapanLagi Youniverse (KLY) mengajak Anda untuk peduli korban gempa dan tsunami di Palu dan Donggala. Yuk bantu Sulawesi Tengah bangkit melalui donasi di bawah ini.

 

 

Semoga dukungan Anda dapat meringankan beban saudara-saudara kita akibat gempa dan tsunami Palu di Sulawesi Tengah dan menjadi berkah di kemudian hari kelak.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Proyeksi

Pedagang mengambil bumbu di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Selasa (3/4).Badan Pusat Statistik mencatat inflasi Bulan Maret 2018 sebesar 0,20 persen sehingga inflasi tahun kalender mencapai 0,99 persen (year to date). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Memerhatikan kebijakan pemerintah terkait harga-harga komoditas yang harganya dikendalikan, serta perkembangan harga-harga dan pantauan terhadap beberapa komoditas di pasar-pasar di Jakarta, Oktober 2018 diprakirakan terjadi inflasi.

Harga beras diprakirakan naik seiring mulai masuknya musim tanam, sehingga pasokan ke Ibukota cenderung berkurang. Tarif jalan toll JORR yang naik dari Rp. 9.500 menjadi Rp. 15.000 per 29 September 2018, juga akan turut memberikan kontribusi pada inflasi Oktober 2018.

"Adapun kenaikan harga minyak internasional berpotensi diikuti dengan kenaikan harga bahan bakan minyak (BBM) di Indonesia, dan meningkatkan inflasi," ucap Trisno.

Penguatan koordinasi antara Bank Indonesia, Pemerintah Provinsi DKI serta BUMD yang bergerak di bidang pangan melalui TPID sangat diperlukan untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi tahun 2018 sesuai dengan sasaran inflasi nasional 3,5 persen ± 1.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya