Alat Deteksi Tsunami di Sulteng Rusak Sejak 2012, Ini Penyebabnya

Alat deteksi tsunami di Sulawesi Tengah (Sulteng) rusak sejak 2012.

oleh Liputan6.com diperbarui 01 Okt 2018, 18:36 WIB
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho. (Liputan6.com/Nafiysul Qodar)

Liputan6.com, Jakarta - Alat deteksi tsunami di Sulawesi Tengah (Sulteng) rusak sejak 2012. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyayangkan atas tak berfungsinya alat tersebut.

"Untuk mengukur parameter rusak, silakan berkoordinasi ke Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT). Tanyakan ke mereka. Bukan BMKG dan BNPB," kata Sutopo di Kantor BNPB Jalan Pramuka, Jakarta Timur, Senin (1/10/2018).

Rusaknya alat deteksi tsunami itu, ungkap Sutopo, karena ulah masyarakat yang berperilaku vandalisme.

"Kenapa (alat deteksi tsunami) rusak? Banyak mengalami vandalisme seperti sensor diambil, lampu kedap kedip diambil. Buat tambatan kapal. Biaya maintenance berkurang. Sejak 2012 rusak," ujarnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Peringatan Tsunami Tetap Jalan

Meskipun alat deteksi rusak, early warning system tsunami tetap ada. Tanpa alat pendeteksi tsunami, lanjut Sutopo, peringatan tsunami tetap berjalan.

Lebih lanjut Sutopo mengatakan, setiap pihak mempunyai ukuran masing-masing atas akan adanya tsunami.

"Berdasarkan parameter, begitu gempa terjadi di atas 7 SR kedalaman 2 km, di zona seduksi lalu kami disampaikan ke publik. Tapi BMKG juga punya ukurannya, kapan waktunya, daerah terdampak serta lokasi gempanya di mana," Sutopo memungkasi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya