Liputan6.com, Jakarta - Gempa magnitudo 7,7 yang mengguncang Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, Jumat, 28 September lalu, menyebabkan kerusakan parah yang mengerikan. Bencana ini meluluhlantakkan bangunan yang ada, termasuk lembaga pemasyarakatan (Lapas) di Palu.
Direktur Jenderal Pemasyarakatan Sri Puguh Budi Utami menggambarkan kondisi yang terjadi di Lapas Palu saat gempa mengguncang.
Advertisement
"Saya ingin menyampaikan satu per satu yang menimpa Lapas Palu. Begitu ada gempa dengan kekuatan 7,7 skala Richter, Kalapas beserta jajaran Lapas Palu mengumpulkan Warga Binaan Pemasyarakatan di tengah lapangan. Kondisi awalnya kondusif, walaupun pagar yang melingkupi lapas semua roboh. Tak lama mereka berkumpul, air keluar dari dalam tanah," Sri menggambarkan.
Warga Binaan Pemasyarakatan langsung panik. Petugas Lapas Palu berusaha menenangkan dan memberi arahan. Namun, begitu gempa susulan terjadi, mereka langsung tidak sabar dan lari menuju ke dua blok yang ambruk untuk berusaha kabur dalam kepanikan.
"Mereka menjebol pintu. Mereka menyaksikan betul goyangan di pagar plus terdengar suara runtuhnya Hotel Roa (Palu) itu. Itulah yang memicu mereka mendorong untuk lari dari pintu yang dijaga oleh jajaran kami," Sri menjelaskan.
Diberi Waktu Seminggu
Dia menyatakan, masih ada kesulitan dalam mencari tahanan yang kabur. Sebab, banyak pihak yang masih merasa trauma luar biasa. Baik dari pihak pegawai maupun narapidana dan tahanan, banyak dari mereka yang masih trauma karena sebagian dari keluarganya meninggal.
"Jadi, kami memberikan batasan waktu ini, setelah seminggu tentunya, untuk teman-teman kami yang kami bentuk di dalam Satgas, tak hanya dari pusat, kebetulan ada dari Sulsel yang akan memberikan bantuan akan melakukan pencarian. Data lengkap ada di kami, di Jakarta," Sri memastikan.
Dia menjelaskan, kepolisian memberikan waktu seminggu bagi tahanan untuk melaporkan diri sebelum dicari oleh polisi.
Masalah lain, kata Sri, kebutuhan logistik untuk warga Lapas yang sudah menipis, sehingga berharap bantuan segera diupayakan.
"Hari Minggu saya masih menyaksikan, kami itu ada sekitar 102 warga binaan perempuan anak dan narapidana dewasa yang masih ada di lapas. Koordinasi dengan instansi terkait dilakukan. Tapi memang sampai hari Minggu kemarin bahan makanan sudah tidak ada, tapi kami tetap mengupayakan sisa yang ada dimasak," jelasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement