Liputan6.com, Caracas - Hampir dua juta orang telah meninggalkan Venezuela sejak 2015, karena krisis ekonomi dan politik yang tidak kunjung berakhir, demikian menurut laporan terbaru PBB, yang menyerukan tanggapan "non-politik" terhadap eksodus terbesar di Amerika Selatan itu.
"Sekitar 5.000 orang kini meninggalkan Venezuela setiap harinya, perpindahan penduduk terbesar dalam sejarah Amerika Latin," kata kepala organisasi pengungsi PBB (UNHCR), Filippo Grandi, kepada komite eksekutif organisasi itu, Senin 1 Oktober.
"Pendekatan non-politik dan kemanusiaan sangat penting untuk membantu negara-negara menerima mereka (pengungsi Venezuela) dalam jumlah yang terus bertambah," tambahnya, sebagaimana dikutip dari The Guardian pada Selasa (2/10/2018).
Baca Juga
Advertisement
Juru bicara UNHCR, William Spindler, mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa 1,9 juta orang telah meninggalkan Venezuela sejak 2015, meningkat pada hitungan sebelumnya sejumlah 1,6 juta jiwa.
Menurut UNHCR, total 2,6 juta orang Venezuela kini tinggal di luar negeri.
Kolombia, yang menjadi tujuan utama migrasi penduduk Venezuela, mengatakan bahwa isu terkait telah menghabiskan anggaran sebesar 0,5 persen dari total PDB negara itu, yakni sekitar US$ 1,5 juta, atau setara Rp 22,5 miliar dengan kurs Rp 15.032 per satu dollar AS.
UNHCR memuji negara-negara Amerika Latin karena menjaga perbatasan mereka tetap terbuka, tetapi mengatakan tanggapan regional membutuhkan lebih banyak "koherensi".
Selain itu, negara-negara yang bersangkutan juga membutuhkan lebih banyak dukungan, termasuk bantuan dana internasional.
Krisis Venezuela disebut terjadi sejak 2014, karena ketergantungan yang tinggi terhadap pendapatan hasil minyak.
Di saat yang sama, Presiden Venezuela, Nicolás Maduro, mendapat berbagai sanksi atas tindakan kerasnya terhadap oposisi dan kritikus masyarakat sipil.
* Liputan6.com yang menjadi bagian KapanLagi Youniverse (KLY) bersama Kitabisa.com mengajak Anda untuk peduli korban gempa dan tsunami di Palu dan Donggala. Yuk bantu Sulawesi Tengah bangkit melalui donasi di bawah ini.
Semoga dukungan Anda dapat meringankan beban saudara-saudara kita akibat gempa dan tsunami Palu di Sulawesi Tengah dan menjadi berkah di kemudian hari kelak.
wajib pakai di semua artikel baru
Simak video pilihan berikut:
Presiden Maduro Siap Sambut Dewan HAM PBB
Sementara itu di sela-sela Sidang Umum PBB, Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengatakan bahwa ia akan menerima dengan senang hati kunjungan Komisaris Tinggi Dewan Hak Asasi Manusia, Michelle Bachelet, ke negara kaya minyak di Amerika Selatan itu.
Presiden Maduro mengatakan sikap terbuka tersebut setelah Bachelet mendesak Caracas mengizinkan penyelidikan internasional atas kondisi hak asasi di Venezuela, demikian sebagaimana dikutip dari VOA Indonesia.
Saat ini, Venezuela sedang bergelut menghadapi krisis politik dan ekonomi, yang membuat jutaan rakyatnya terlantar akibat beban biaya hidup yang semakin tidak terjangkau.
Kondisi tersebut menjadi sorotan Sidang Umum PBB pekan lalu, khususnya tentang rekam jejak sang presiden di bidang hak asasi manusia.
Sebelumnya, pada Rabu 26 September, lima negara Amerika Selatan bersama Kanada meminta Mahkamah Internasional (ICC) menyelidiki pemerintahan Maduro atas tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan, karena menggunakan kekerasan dalam menumpas lawan-lawan politiknya.
Presiden Maduro menolak kritik terhadap pemerintahnya di Venezuela. Ia menuding hal tersebut sebagai upaya propaganda, untuk memusuhi dan menyiapkan kemungkinan intervensi asing terhadap negara yang dipimpinnya.
Advertisement