Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofsika (BMKG) menyatakan, sistem peringatan dini tsunami Indonesia telah bekerja dengan sangat baik sejak 2011. Hal ini terkait beredarnya pesan berantai lewat media sosial dan pesan WhatsApp bahwa sistem peringatan dini tsunami sudah tidak berfungsi dengan baik.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menuturkan, sistem peringatan dini tsunami yang diresmikan 2008 ini mampu memberikan informasi peringatan dini dalam waktu kurang dari 5 menit. Bahkan, dalam waktu kurang dari 3 menit, informasi peringatan dini gempa bumi dan tsunami disebar kepada masyarakat melalui menggunakan moda komunikasi yang berbeda-beda (WRS, email, SMS, faks, GTS, website, dan media sosial).
Advertisement
"BMKG dalam memberikan informasi peringatan dini tsunami didukung dengan Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support System) dengan 170 ribu skenario dan saat ini BMKG telah menggunakan TOAST (Tsunami Observation And Simulation Terminal) sebagai bagian dari Sistem peringatan dini tsunami," kata Dwikorita dalam keterangan tertulisnya, Senin 1 Oktober 2018.
Dia menjelaskan, melalui permodelan ini, BMKG dapat mengolah basis data dengan cepat dan dapat menentukan potensi ancaman. Kalaupun terdapat buoys, hanya untuk membantu mengonfirmasi terjadinya tsunami karena Indonesia sangat rentan dengan tsunami lokal, tetapi tidak akan menjadi komponen utama faktor penentu dari sistem peringatan.
Sistem buoy tidak terhubung secara langsung dengan sistem peringatan dini. Dwikorita menjelaskan BMKG pun dapat memantau informasi ketinggian laut ini (baik dari Buoy atau dari tide gauge (alat pengukur pasang surut).
Dwikorita menjelaskan, pada 2013, Indonesia telah menjadi salah satu Penyedia Layanan Tsunami untuk wilayah Samudra Hindia (bersama Australia dan India)/Regional Tsunami Service Provider (RTSP). Sebagai Penyedia Layanan Tsunami, Indonesia, Australia, dan India bertanggung jawab untuk memberikan informasi tentang ancaman tsunami kepada 24 negara anggota di wilayah Samudra Hindia.
Dwikorita menuturkan, peran, tanggung jawab, dan kinerja TSP dipandu oleh Kelompok Koordinasi Antarpemerintah IOC/UNESCO untuk Sistem Peringatan dan Mitigasi Tsunami Samudra Hindia atau IOC/UNESCO Intergovernmental Coordination Group for Indian Ocean Tsunami Warning and Mitigation System (ICG/IOTWMS).
Jangan Tergoda Ramalan
Menurut Dwikorita, yang paling penting saat ini adalah bagaimana membangun harmoni hidup bersama dengan gempa bumi melalui mitigasi bencana untuk meningkatkan perlindungan dan pertolongan mandiri dalam menghadapi bencana. Daripada, larut dalam diskusi, perhitungan, ramalan, dan perkiraan mengenai kapan lagi gempabumi akan terjadi.
"Gempa bisa terjadi sewaktu-waktu, kapan pun dan di mana pun. Namun, kita berupaya jangan sampai ada korban, dengan cara tidak panik dan paham apa yg harus disiapkan sebelum, saat, dan setelah gempa bumi," kata dia.
Terkait hoaks yang muncul dan viral di medsos, Dwikorita meminta masyarakat menyaring informasi secara bijak. Jangan membuat masyarakat resah dengan kabar yang dapat menyesatkan.
BMKG juga mengimbau masyarakat tetap tenang dan tidak mudah percaya informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan tergoda dengan ramalan-ramalan atau prediksi.
"Pastikan informasi terkait gempa bumi bersumber dari BMKG. Silakan akses info BMKG melalui website maupun media sosial bukan yang lain. Kami terus memantau selama 24 jam," kata Dwikorita.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement