Liputan6.com, Jakarta Penderita demensia di Indonesia terbilang cukup lambat mendapatkan diagnosis. Hal ini membuat orang dengan Demensia (ODD) di Indonesia mendapat perawatan yang tidak maksimal.
"Sesuatu yang terlambat tentu tidak maksimal dalam kualitas hidupnya. Ini yang coba kami eksplor dengan Kementerian Kesehatan dan mitra-mitra lainnya," ujar Direktur Regional Asia Pasific Alzheimer Disease International, DY Suharya kepada Health Liputan6.com di Jakarta. Ditulis Selasa (2/10/2018).
Advertisement
DY mengatakan, risiko demensia lebih tinggi pada orang dengan usia 60 tahun ke atas. Namun, ditemukan juga demensia di usia yang lebih muda.
"Ada juga demensia muda atau early onset atau young onset itu di usia lebih muda dari 60 tahun. Ada yang 40, ada yang 30, bahkan yang termuda di Inggris 29 tahun," ungkap DY.
Menurut Pembina Yayasan Alzheimer Indonesia, dr. Yuda Turana, SpS, deteksi dini demensia bisa dilakukan. Misalnya pada penderita Alzheimer.
"Awalnya gangguan kognitif dulu. Lupa menyimpan barang, itu kognitif. Tetapi lambat laun, tiga sampai empat tahun kemudian bisa terjadi gangguan perilaku," kata dokter Yuda.
Saksikan juga video menarik berikut ini:
Lupa Sering Diremehkan
Yuda yang juga Dekan Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya ini mengatakan, seseorang dengan demensia bisa mengamuk tidak pada tempatnya, emosi tiba-tiba, hingga berhalusinasi.
"Persoalannya, pada masih tahap awal gangguan kognitif, apalagi pada orang tua yang lupa-lupa, ah biasa orang tua lupa-lupa begitu. Sehingga datangnya, pada waktu gangguan perilaku," ujar Yuda ditemui selepas peresmian Pusat Pelayanan Terpadu Demensia Alzheimer Atma Jaya-Alzheimer Indonesia (ATZI) Center of Excellence.
Padahal, apabila sudah masuk ke gangguan perilaku hal tersebut sudah sangat terlambat. Sehingga, pikun atau lupa jangan dianggap sebagai proses penuaan normal.
"Kalau sudah lupa jadi cepat deteksi dini," kata Yuda.
Dalam penelitiannya, Yuda bersama dengan Direktur Eksekutif Survey Meter Wayan Suriastini menemukan, prevalensi penderita demensia Alzheimer di Yogyakarta dan Bali mencapai lebih dari 20 persen.
Advertisement