Takut Penjarahan, Warga Palu Pilih Tidur di Teras Rumah

1.234 orang meninggal akibat gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah (Sulteng). Sedangkan, untuk korban luka berat mencapai 799 orang.

oleh Ady Anugrahadi diperbarui 03 Okt 2018, 06:57 WIB
Warga tidur di teras rumah menghindari aksi penjarahan di Kota Palu.

Liputan6.com, Palu - Kasus penjarahan toko yang terjadi di berbagai wilayah di Palu membuat warga cemas. Mereka memilih tetap di rumah menghindari aksi penjarahan liar.

Reni Setiana, warga terdampak gempa Palu yang tinggal Jalan Setia Budi Palu mengaku, lebih memilih tidur di garasi daripada harus meninggalkan rumah. 

Keputusan yang diambil bukan tanpa alasan. Reni khawatir jika ditinggal tanpa pengawasan barang-barang berharga di rumahnya dijarah warga.

Selain itu, Reni mengaku nyaman berada di halaman rumah. Terlebih, persediaan makanan yang masih tercukupi hingga tiga hari kedepan.

"Sekarang toko. Bisa jadi nanti rumah-rumah yang di jarah. Itu yang kami takuti. Lalu di rumah pasok air dan makanan tercukupi. Tapi gak tau sampai berapa hari lagi," ucap Reni di Palu, Rabu (3/10/2018).

Rumah Reni mengalami sejumlah kerusakan akibaat tersebut. Meski begitu dia tetap memilih bertahan.

"Sebelum gempa di rumah dihuni tujuh orang. Setelah gempa dua orang, yakni nenek dan mamah mengungsi di rumah keluarga Jalan Garuda Palu. Saya, papa, suami, adik, dan anak angkat tetap bertahan di rumah," ucap dia.

 


1.234 Meninggal

Saat ini, data sementara yang dirilis Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terdapat 1.234 orang dinyatakan meninggal dunia akibat gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah (Sulteng). Sedangkan, untuk korban luka berat mencapai 799 orang.

Mereka tersebar di kota dan kabupaten berdampak gempa dan tsunami yakni Palu, Kabupaten Donggala, Kabupten Sigi, dan Kabupaten Parigi Mutong.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya