Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) tidak akan berdiam diri dan tetap melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah di pasar menghadapi tekanan yang cukup besar. Tekanan tersebut mengakibatkan rupiah terdepresiasi melewati level psikologis baru di 15.000 per dolar AS pada Selasa kemarin atau tingkatan terlemah dalam beberapa tahun terakhir.
"BI terus berada di pasar menstabilkan rupiah yang tekanannya cukup besar," kata Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo dikutip dari Antara, Rabu (3/10/2018).
Baca Juga
Advertisement
Sementara itu, Ekonom Indef Bhima Yudhistira mengatakan bahwa faktor global dan domestik sama-sama mendominasi pegerakan rupiah pekan ini.
Menurutnya, faktor tersebut antara lain kenaikan harga minyak mentah hingga USD 85 per barel atau melonjak 28 persen secara tahun berjalan (ytd) disebabkan oleh berkurangnya pasokan setelah aksi pemboikotan minyak Iran yang diserukan Presiden AS Donald Trump.
Sedangkan faktor domestik, di antaranya, ujar Bhima, sentimen dari proyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal III 2018 yang diperkirakan berada di 5,1 persen atau lebih rendah dibanding kuartal II 2018 yang 5,27 persen.
Angka deflasi 0,18 persen (mtm) pada September 2018 juga belum memberikan sentimen positif.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Rupiah Hari Ini
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus bergerak melemah pada perdagangan Rabu ini.
Mengutip Bloomberg, Rabu (3/10/2018), rupiah dibuka di angka 15.065 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 15.042 per dolar AS. Sejenak kemudian, rupiah tertekan lebih dalam ke 15.077 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 15.065 per dolar AS hingga 15.087 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 11,23 persen.
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 15.088 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.988 per dolar AS.
Advertisement