Liputan6.com, Jakarta - Gempa Donggala Magnitudo 7,4 yang terjadi pada Jumat, 28 September 2018 telah memicu aktivitas Gunung Soputan. Gunung yang terletak di Kabupaten Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara, itu meletus pagi tadi pukul 08.47 Wita.
"Bisa juga memicu itu (erupsi Gunung Suputan). Gempa besar bisa meningkatkan aktivitas gunung api. Tapi biasanya tidak langsung, butuh beberapa bulan," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (PVMBG) Badan Geologi, Kasbani, di Bandung, Rabu (3/10/2018).
Advertisement
Aktivitas kegempaan vulkanik Gunung Soputan mulai meningkat pada September 2018. Dari sekitar dua gempa per hari menjadi 101 gempa per hari pada 2 Oktober 2018. Pada rentang waktu yang sama, aktivitas embusan naik dari sekitar 2-6 kejadian per hari menjadi 851 kejadian per hari pada 2 Oktober 2018.
Sementara itu, aktivitas guguran lava meningkat secara perlahan mulai pertengahan Juli 2018 hingga akhir Agustus 2018. Aktivitasnya, dari sekitar tiga kejadian per hari menjadi sekitar 16 kejadian per hari.
Namun, sejak September 2018 hingga 2 Oktober 2018, jumlah guguran lava meningkat lebih signifikan dari sekitar 16 kejadian per hari menjadi 193 kejadian per hari.
Sementara itu, amplitudo seismik (RSAM - Realtime Seismic Amplitude Measurement) menunjukkan tren akselerasi (percepatan), terutama mulai pada 2 Oktober 2018 sekitar pukul 16.00 Wita.
"Kita pantau terus perkembangannya. Kalau nanti ada potensi peningkatan vulkanik Gunung Soputan pasti ada evaluasi," kata Kasbani.
Jauhi Radius 4 Km
Erupsi menyebabkan tinggi kolom abu vulkanik teramati sekitar 4.000 meter (m) di atas puncak kawah atau 5.809 m di atas permukaan laut. PVMBG merekomendasikan masyarakat agar tidak beraktivitas di seluruh area dalam radius 4 kilometer dari puncak Gunung Soputan.
Selain itu, masyarakat juga diimbau menjauh dari dalam area perluasan sektoral ke arah Barat daya sejauh 6,5 km dari puncak, yang merupakan daerah bukaan kawah. Hal ini untuk menghindari potensi ancaman guguran lava maupun awan panas.
"Kami jelaskan tidak ada pengungsian karena memang daerah yang berada di dalam 4 kilometer dan sektoral 6,5 kilometer itu tidak ada penghuninya," tegasnya.
Pihaknya meminta masyarakat tetap tenang dan menginstruksikan tidak ada aktivitas dalam radius yang ditetapkan.
"Tidak boleh ada aktivitas pendakian, karena potensi letusan bisa terjadi setiap saat," ujar dia.
Masyarakat di sekitar Gunung Soputan juga dianjurkan menyiapkan masker penutup hidung dan mulut. Itu untuk mengantisipasi potensi bahaya gangguan saluran pernapasan jika terjadi hujan abu.
"Masyarakat yang terdampak abu, harus menyiapkan masker. Tapi tidak perlu mengungsi. Abu ini bisa terbang ke mana saja, bisa melebihi radius tergantung arah angin," kata Kasbani.
Saksikan video menarik berikut ini:
Advertisement