Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong memastikan bahwa iklim investasi di daerah Sulawesi tetap akan berjalan lancar meskipun ada kejadian gempa dan tsunami yang menimpa Kabupaten Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah.
Hal itu karena kawasan Sulawesi merupakan daerah pertumbuhan tertinggi yang disumbang dari berbagai komoditas.
Advertisement
"Sulawesi adalah salah satu kawasan yang menikmati pertumbuhan ekonomi paling tinggi di Indonesia berkat holtikultura seperti kakao, kopi, kemudian juga smelter puluhan triliun rupiah, nikel adanya di Sulawesi Tengah meskipun bukan di Palu Donggala atau yang terdampak bencana," sebut Lembong di Kantornya, Jakarta, Rabu (3/10/2018).
"Jadi prospek jangka menengah jangka panjang untuk investasi di Sulawesi Tengah masih sangat-sangat positif," tambah Lembong.
Lembong mengatakan, meskipun terjadi keterlambatan pertumbuhan investasi di daerah lokasi yang terdampak bencana, itu merupakan bagian dari risiko bisnis. Sebab, menurutnya bencana ini tidak hanya di Indonesia saja, namun beberapa negara berkembang lainnya juga rawan terhadap bencana.
"Semua negara rawan bencana, Amerika, California saja kemarin kebakaran hutan karena kekeringan, Australia sedang menderita kekeringan paling dahsyat selama puluhan tahun. Jadi terus terang risiko bencana sesuatu yang semakin dianggap bagian dari risiko bisnis umum," ungkapnya.
Diketahui, Gempa dan tsunami menerjang Palu dan Donggala di Sulawesi Tengah pada Jumat (28/9/2018) lalu. Tak hanya ratusan jiwa melayang, tercatat ratusan bangunan serta fasilitas umum luluh lantak hingga nyaris rata dengan tanah.
Berdasarkan catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga Selasa petang kemarin, korban yang meninggal dunia pasca gempa dan tsunami itu sebanyak 1.374 jiwa.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com