Legenda Gelombang Poseidon, Tsunami yang Selamatkan Bangsa Yunani Kuno

Ilmuwan meyakini legenda tentang gelombang Poseidon yang menyelamatkan bangsa Yunani kuno adalah bukti terjadinya tsunami kuno.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 04 Okt 2018, 21:00 WIB
Tsunami yang menerjang kawasan Fuskushima di timur laut Jepang pada tahun 2011 (AP/Kyodo)

Liputan6.com, Berlin - Lima puluh tahun sejak terjadinya salah satu peristiwa alam paling mengerikan dalam sejarah Yunani Kuno, kira-kira 470 Sebelum Masehi, seorang penyair bernama Herodotus menulis dalam catatan pribadinya: "Terjadi kemunduran air laut jauh ke belakang dalam waktu cukup lama, dan ternyata adalah pertolongan nyata dari Poseidon".

Ketika laut kembali bergulung ke pesisir, lanjut Herodotus, tentara Persia yang tengah menyerang wilayah Kassandra berpikir ia akan menang dengan menduduki tepi laut. Catatan itu kemudian diyakini oleh dunia modern sebagai bukti terjadinya tsunami pada ribuan tahun silam.

"Mereka salah mengira, mereka hanyut dibawa gulungan air yang sangat tinggi," tulis Herodotus sebagai bukti adanya gelombang tsunami saat itu, sebagaimana dikutip dari LiveScience.com pada Kamis (4/10/2018).

Pasukan Persia hanyut tidak tersisa, dan desa yang terletak di utara Semenanjung Yunani itu selamat.

Herodotus, seperti penduduk desa lainnya, melihat gelombang tsunami dahsyat itu sebagai bukti penyelamatan Poseidon, dewa laut dalam mitologi Yunani.

Poseidon disebut menghukum para penyerbu dari Persia karena mereka melakukan suatu pelanggaran, tetapi menurut Klaus Reicherter dari Universitas Aachen, Jerman, ada bukti geologis yang bisa dipelajari dari peristiwa tersebut.

Reicherter mengatakan bahwa kisah yang ditulis oleh Herodotus secara akurat menggambarkan fase-fase tsunami. Menurutnya, terjangan ombak raksasa itu menimbulkan ancaman yang jauh lebih besar di wilayah Laut Aegean utara, daripada yang disadari banyak orang.

"Kami ingin melihat apakah laporan historis ini benar dan kemudian mencoba untuk mendapatkan penilaian tentang wilayah pesisir, apakah aman atau tidak aman?" kata Reicherter.

Pertanyaan itu sangat penting mengingat popularitas perairan Aegean yang identik sebagai destinasi wisata pantai bagi penduduk Eropa, terlebih pada saat musim panas.

 

Simak video pilihan berikut:


Temuan Bukti di Daratan

Aktris Katerina Lehou berperan sebagai pendeta agung memegang obor Olimpiade 2018 saat gladi resik di Olympia Kuno, Yunani, Senin (23/10). Olimpiade 2018 akan digelar di Pyeongchang, Korea Selatan, pada 9-25 Februari tahun depan. (AP/Petros Giannakouris)

Hingga saat ini, tanda-tanda tsunami di perairan Aegean hanya tercantum pada teks-teks kuno, karena sama sekali belum pernah terjadi di era modern.

Meski begitu, baik di wilayah yang diceritakan oleh Herodutus, ataupun pesisir Laut Tengah yang dekat dengan lempeng Eurasia, tetap berpotensi mengalami tsunami di masa depan.

"Lebih jauh lagi, kondisi geologi di daerah itu akan memberikan cara yang ideal untuk menghasilkan gelombang besar," kata Reicherter kepada OurAmazingPlanet.

"Gempa bumi dan tanah longsor yang pernah terjadi di beberapa pesisir Aegean, dikombinasikan dengan cekungan bak berbentuk kolosal di dasar laut dekat pantai Yunani barat laut, mampu menghasilkan tsunami setinggi 7 hingga 16 kaki (2 hingga 5 meter)," jelasnya, mengutip dari catatan penelitian dengan koleganya pada tahun 2014.

Kecurigaan Reicherter dan timnya semakin menguat setelah ditemukannya fosil-fosil kerang hasil deposit tsunami, yang terkubur di area bukit pedalaman di Semenanjung Yunani.

"Usia mereka (fosil kerang) cukup pas, sekitar 500 Sebelum Masehi, plus atau minus 25 hingga 30 tahun," kata Reicherter.

Penelitian ini adalah bagian dari upaya berkelanjutan untuk memburu dan menilai catatan tentang tsunami kuno.

Reicherter menjelaskan bahwa pekerjaan ini dapat membantu menunjukkan area mana yang rentan terhadap gelombang merusak, dan dapat membantu para pejabat mempersiapkan diri lebih baik dalam menghadapi bencana besar berikutnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya