Legenda Sniper TNI Tatang Koswara, Tembak Burung dengan Peluru Mantul Tiang

Selama aktif menembak, Tatang sangat menyayangi senapan Winchester model 70 yang digunakannya saat bertempur di Timor Leste 38 tahun silam. Sniper legendaris TNI.

oleh Moch Harun Syah diperbarui 05 Okt 2018, 03:06 WIB
alm. Tatang Koswara, sniper tingkat dunia asal Indonesia | Via: kaskus.co.id

Liputan6.com, Bandung - Sniper terbaik asal Indonesia, Pembantu Letnan Satu (Peltu) Inf Tatang Koswara (68) telah berpulang ke pangkuan sang Khalik karena sakit jantung yang dideritanya semenjak 14 tahun yang lalu. Tatang mengembuskan nafas terakhir usai menjalani syuting di salah satu stasiun televisi swasta, Selasa 3 Maret 2015.

Ingatan tentang Tatang pun tak lepas dari keahlian menembaknya. Sniper terbaik ke-13 dunia itu berhasil melumpuhkan 49 lawan dengan 50 butir peluru saat perang melawan Fretelin dalam operasi di Timor Timur 1977-1978.

Cucu Tatang, Yoga Taufik mengungkapkan, dirinya pernah diperlihatkan aksi menembak sang kakek di ruang terbuka. Saat itu yang menjadi sasaran adalah burung yang tengah terbang.

"Saking jagonya kakek pernah menembak burung cuma menembak tiang listrik dulu. Jadi pelurunya belok dan kena (burung)," ucap Yoga di rumah duka Jalan Sayuran Kavling Lumba-Lumba, Dayeuh Kolot Bandung, tiga tahun lalu atau tepatnya Rabu 4 Maret 2015.

Pantas saja legenda dalam aksi tembak jarak jauh ini diakui dengan masuk menjadi salah satu sniper elit dunia. Yoga menambahkan keseharian sang kakek juga diisi dengan melatih menembak untuk anggota TNI dan juga berburu.

"Sekarang aktif melatih menembak. Cuma dulu kakek sering berburu. Banyak hewan buruan yang dibawa kakek ke rumah," jelasnya.

Yoga menuturkan, selama aktif menembak, sang kakek sangat menyayangi senapan Winchester model 70 yang digunakannya saat bertempur di Timor Leste 38 tahun silam.

"Itu senjata kesayangan kakek. Jaraknya sekitar 900 meter. Tapi kalau kakek bisa nyampe jarak tembak hingga 1 kilometer," tutupnya.

Tatang mengembuskan nafas terkahir usai menjalani syuting di salah satu stasiun televisi swasta. Di mata keluarga, Tatang dikenal sebagai pria tegas, tetapi penyayang dan peduli kepada sesama. Selain itu, Tatang memiliki jiwa nasionalisme yang sangat tinggi.

"Bapak itu baik, tapi tegas dan disiplin dan nasionalismenya tinggi. Jiwa militernya tersebut diterapkan di rumah kepada anak-anaknya," kata putra ketiga Tatang, Tubagus Apdi Yudha, di rumah Dayeuh Kolot, Bandung.

Meski berat melepas kepergian ayahanda, Yudha mengaku bangga dengan apa yang dilakukan oleh sang ayah demi bangsa dan negara.

"Saya bangga sama bapak, penghargaannya banyak. Bapak pun menceritakan dan menggambarkan teknik menembak yang baik dan benar. Saya tambah bangga kepada bapak," ucap Yudha.


Tentang Tatang

alm. Tatang Koswara, sniper tingkat dunia asal Indonesia | Via: kaskus.co.id

Tatang mulai masuk militer melalui jalur Tamtama di Banten pada 1966. Pada 1977-1978, Tatang beroperasi di Timor Timur.

Sniper terbaik ke-13 dunia itu berhasil melumpuhkan 49 lawan dengan 50 butir peluru saat perang melawan Fretelin dalam operasi di Timor Timur 1977-1978.

Saat itu, Tatang sengaja menyisakan 1 butir. Bila tertangkap, Tatang memastikan akan menembak dirinya sendiri dibanding jatuh di tangan lawan.

Karir Tatang di angkatan bersenjata diawali saat dirinya mendaftar sebagai prajurit Tamtama. Meski punya ijazah sekolah teknik (setara sekolah menengah pertama), Tatang melamar sebagai prajurit menggunakan ijazah sekolah rakyat, saat ini sekolah dasar.

Selang beberapa tahun, Tatang mengikuti penyesuaian pangkat sesuai dengan ijazah yang dimiliknya itu. Sebagai Bintara, Tatang ditempatkan di Pusat Kesenjataan Infanteri (Pussenif).

Tatang pun mengikuti berbagai pelatihan. Mulai kualifikasi Raider hingga Sniper. Tatang menggunakan sandi S-3 alias siluman 3.

Pada tahun 1974-1975, dia dengan 7 rekannya terpilih buat masuk program MTT (mobile training teams) yang dipimpin oleh Kapten Conway dari Amerika Serikat. Saat itu, Indonesia belum punya yang namanya Sniper dan antiteror.

Akhirnya munculah ide dari perwira TNI buat melatih Sniper. Tatang dan 59 anggota TNI AD yang lain mendapat pelatihan dari Kapten Conway selama 2 tahun. Di sana mereka dilatih untuk menembak jitu dari jarak 300, 600, dan 900 meter.

Tatang juga dilatih bertempur melawan penyusup, melakukan kamuflase, melacak jejak serta menghilangkan jejak. Dari 2 tahun masa pelatihan dan dari 60 orang peserta, hanya 17 orang yang lulus. Tatang Koswara salah satunya.

Ilmu dan senjata yang ia dapatkan saat 2 tahun pelatihan bersama Kapten Conway membuat Tatang ditarik Kolonel Inf Edi Sudrajat, Komandan Pusat Pendidikan Infanteri Cimahi untuk menjadi pengawal pribadi dan Sniper saat terjun ke medan perang di Timor Timur pada tahun 1977- 1978.

Dia mendapat 2 tugas saat berada di medan perang. Tugas pertama adalah melumpuhkan kekuatan musuh dan kedua, menjadi intelijen yang bertugas untuk masuk ke jantung pertahanan dan mengacaukan pertahanan lawan.

Lawan yang dihadapi Tatang pun bukan musuh yang lemah, tetapi adalah pasukan Fretelin yang punya kemampuan gerilya hebat dan tahu persis medan di Timor Timur. Misi yang ia jalankan ini adalah misi rahasia. Dia tidak boleh mengungkapkannya kepada orang lain. Bahkan, kepada istrinya sendiri. 

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya