Liputan6.com, Jakarta Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo upacara adat peresmian ibukota kabupaten tersebut di Kumurkek. Seperti diketahui penentuan ibukota di kabupaten tersebut sempat jadi polemik selama hampir 10 tahun lamanya. Tarik menarik terjadi. Maybrat sendiri merupakan daerah pemekaran. Sebelumnya Maybrat masuk dalam wilayah Kabupaten Sorong Selatan. Pada 2009, Maybrat dimekarkan.
Tapi sejak dimekarkan, masalah penentuan ibukota tidak kunjung selesai. Sempat ditetapkan ibukota kabupaten di Ayamaru. Bahkan di Ayamaru, sudah dibangun beberapa fasilitas gedung pemerintahan. Kantor bupati pun terlanjur di bangun di Ayamaru. Tapi, persoalan ibukota tetap tidak selesai.
Advertisement
Setelah dimediasi Kementerian Dalam Negeri, dengan melibatkan wakil tiga suku besar di Maybrat yakni Ayamaru, Aitinyo dan Aifat, dan tokoh masyarakat serta adat, akhirnya disepakati ibukota kabupaten ada di Kumurkek. Hari Rabu, 3 Oktober, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo akan menghadiri langsung upacara penetapan Kumurkek sebagai ibukota.
Selesai sarapan, dengan diantar mobil , saya dan satu wartawan lainnya ditemani staf dari Kementerian Dalam Negeri meluncur ke Maybrat. Menurut Markus, supir mobil carteran asal Toraja, Sulawesi Utara, waktu tempuh ke Maybrat sekitar 4 jam-an.
"Sekarang jalan sudah bagus zaman Pak Jokowi (Presiden RI, Joko Widodo)," kata Markus.
Kota Sorong sendiri sudah cukup ramai. Suasananya sudah mirip kota-kota di Pulau Jawa. Bahkan telah punya mall dan hotel-hotel besar. Benar saja, keluar dari kota Sorong, jalan menuju Maybrat memang sudah bagus. Jalan sebagian beraspal mulus. Sebagian jalan berbeton. Tidak jarang mobil hilir mudik selama perjalanan. Sepi. Jalanan membelah hutan. Tak nampak pula pemukiman. Hanya di beberapa bagian, ada rumah-rumah gubuk. Itu pun bisa dihitung dengan jari. Jalan berkelok-kelok. Turun naik punggung bukit. Cukup mengocok perut. Hawa lumayan panas menyengat.
"Dulu jalanan jelek. Bisa tujuh hingga delapan jam dari Sorong ke Maybrat," katanya.
Sepanjang perjalanan, Markus banyak bercerita tentang keadaan di Maybrat, dan sisi lain kehidupan masyarakat di sana. Katanya, ia sering antar jemput warga Maybrat yang hendak pergi ke Sorong atau yang mau ke Jakarta. Langganannya banyak pejabat setempat, seperti para kepala dinas. Penasaran saya pun menanyakan tarif dari Sorong ke Maybrat.
"Ongkosnya dihitung per kepala. 250 per orang. Tapi kalau mau nyarter, sekali jalan 2,5 juta," katanya.
Markus juga sempat bercerita tentang pemukiman warga yang hanya segelintir gubuk yang nampak di tengah perjalanan. Kata dia, warga itu biasanya hanya sementara saja tinggal di sana. Mereka bangun itu, lalu mengklaim bahwa itu adalah kampung. Tujuannya demi dapat bantuan. Setelah dapat bantuan dana, warga kembali pulang ke kampung asal. " Ya begitulah," kata Markus.
Walau cukup bagus tapi jalan bergelombang. Hanya ketika pada bagian yang sudah dibeton, jalan yang dilalui lumayan mulus. Tapi, begitu memasuki jalan yang memakai aspal, walau sedikit ada lubang, namun terasa jalan yang dilalui bergelombang. Mungkin karena aspalnya bukan yang terbaik. Dan bukan hotmix.
"Tapi ini sudah lumayan bagus, dibandingkan dulu. Dulu jalan jelek banget. Jalan mulai bagus, tiga tahunan ini," kata Markus.
(*)