Liputan6.com, Donggala - Jumat, 28 Oktober 2018, menjadi hari yang tak terlupakan bagi Rafly. Remaja 14 tahun ini menjadi saksi bencana gempa dan tsunami yang mendera Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah.
Dia tinggal di Pelabuhan Wani Dua, Kecamatan Tanantovea, Kabupaten Donggala. Saat itu ia sedang bermain di laut bersama teman-temannya yang lain. Sejak pukul 14.00 Wita, penduduk di wilayah itu sudah berkali-kali merasakan gempa.
Advertisement
Dia menghitung setidaknya ada empat kali gempa. Kala itu, penduduk tak ada yang khawatir karena kawasan seringkali diguncang gempa.
Situasi berubah ketika gempa kelima yang berkekuatan magnitudo 7,4 menghantam wilayahnya. Warga berhamburan meninggalkan rumah apalagi disertai ombak tinggi.
"Lari, air naik, air naik," teriak warga sembari belarian, Jumat (5/10/2018).
Rafli sempat tersapu ombak. Nyawanya berhasil diselamatkan sang kakak.
"Ombak ada empat kali. Yang keras ombak yang pertama. Itu saya tersapu," kata dia.
Tsunami
Rafli bukanlah satu-satunya orang yang terseret tsunami. Adalagi satu orang.
Rafli memanggilnya Ambo. Menurut Rafli, Ambo tahu betul detik-detik tsunami meluluh lantakkan bangunan di kampungnya.
Dia menuturkan, Ambo sedang berada di kapal pengangkut barang. Saat itu bersandar di dermaga untuk memindahkan pupuk ke dalam gudang kapal. Tiba-tiba saja bawah laut terpecah dua. Lalu, air berubah warna menjadi hitam.
"Bukan air dari laut. Tapi air dari bawah tanah laut sampai menyembur ke atas," ucap Rafli menirukan suara Ambo.
Ambo terseret sangat jauh oleh ombak besar itu. Beruntung tidak sampai merenggut nyawanya. Ambo terluka di punggung.
"Dia (Ambo) selamat diantar ke rumah sakit," tutur Rafli.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement