Liputan6.com, Jakarta - Inapgoc selaku panitia penyelenggara Asian Para Games 2018 melakukan proses klasifikasi sejak Selasa (2/10/2018). Proses itu berlangsung di venue masing-masing setiap cabor. Ini adalah persyaratan wajib agar atlet diizinkan bertanding.
Ada tiga kategori dalam klasifikasi Asian Para Games 2018. Itu adalah Physical Impairment (PI) untuk atlet disabilitas daksa, Visual Impairment (VI) bagi atlet disabilitas netra, dan Intellectual Impairment (II) untuk atlet disabilitas intelektual.
Baca Juga
Advertisement
Direktur Klasifikasi Panitia Asian Para Games 2018, Christopher menyebut ada 886 yang tercatat mengikuti. "Yang berstatus tidak lolos ada 11. Dari jumlah itu, ada tiga atlet dari dua negara yang melakukan protes. Satu sedang berjalan, dua lainnya ditolak," kata Christopher di GBK Arena, Jumat (5/10/2018).
Itu adalah data yang dirangkum hingga siang ini. Sedangkan proses klasifikasi masih berlangsung di beberapa cabor hingga sore ini. Klasifikasi itu sendiri melibatkan 91 classifier. Dan proses klasifikasi hanya berlaku untuk yang berstatus New (N), bukan Review (R) atau Confirmed (C).
* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.
Perubahan Kelas
Sebelas atlet yang dinyatakan tidak lolos muncul dari cabor yang berbeda-beda. Ada dari tenis meja, voli duduk, para renang, goalball, hingga Judo. "Dan ada dua atlet dari Indonesia yang masuk 11 atlet itu. Saya tidak bisa menyebutkan siapa," jelas Christopher.
Tak hanya soal lolos atau tidak, proses klasifikasi juga membuat sebagian atlet mengalami perubahan untuk kelas pertandingan. Christopher menyebut ada lebih dari 100 atlet yang mengalami perubahan.
"Kenapa ada perubahan kelas? Untuk proses klasifikasi ini kami melibatkan International Classifier. Ini rules yang jelas. Dan mungkin sang atlet menjalani pengobatan, mungkin juga karena atletnya menjalani pelatihan khusus. Itu pasti ada, tidak hanya dari Indonesia," ungkapnya.
Advertisement
Observasi
Proses klasifikasi juga bukan akhir dari persyaratan untuk menentukan seorang atlet bermain di kelas mana. Nantinya, akan ada proses observasi untuk para atlet yang terindikasi masih diragukan pada saat klasifikasi.
"Karena saat klasifikasi ada banyak atlet yang terlihat malas-malasan. Jadi waktu bertanding di kualifikasi nanti akan diamati dari pinggir lapangan. Baru setelah itu akan di-confirm masuk kelas apa. Jumlahnya tidak banyak, 5-10 persen," tutup Christopher.