JK: Butuh Waktu 2 Tahun Rehabilitasi Usai Gempa Sulteng

JK menyebut sinergi pemerintah pusat dan daerah dalam penanganan pasca bencana telah dilaksanakan secara optimal,

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Okt 2018, 17:42 WIB
Pandangan udara Perumnas Balaroa yang rusak dan ambles akibat gempa bumi Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (5/10). Berdasarkan data Lapan, dari 5.146 bangunan rusak sebanyak 1.045 di antaranya Perumnas Balaroa yang ambles. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Palu - Wakil Presiden HM Jusuf Kalla atau JK menyebutkan butuh dua tahun untuk merehabilitasi kerusakan yang ditimbulkan pascagempa yang disertai tsunami di sejumlah wilayah seperti Kota Palu, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah (Sulteng) dan Sigi di Sulawesi Selatan.

"Pemerintah pusat menjamin bahwa ini kita akan tuntaskan dalam waktu dua tahun," kata JK saat melakukan kunjungan di lokasi bencana di Kota Palu, Jumat (5/10/2018).

Menurut dia, sinergi pemerintah pusat dan daerah dalam penanganan pasca bencana telah dilaksanakan secara optimal, selain itu saling mendukung satu sama lain untuk sama-sama memulihkan keadaan di Sulteng.

Mengenai pendanaan merekonstruksi pascabencana di Kota Palu dan wilayah terdampak, pihaknya telah berkoordinasi untuk pemulihan secara cepat pada daerah yang terkena dampaknya.

"Ini semua yang kita laksanakan sama-sama dengan pemerintah daerah didukung pemerintah pusat baik pendanaan juga BPBD, PU, Dinas Sosial dan pihak terkait, itu kerja bersama-sama mendukung itu" jelas JK.

Saat ditanyakan elaborasi antara pemerintah pusat dan daerah, dia menjelaskan ada dua tahap. Yakni tahap darurat bencana dan rehabilitasi dan konstruksi dalam membangun kota dan daerah yang tertimpa bencana.

"Kan ada dua tahap. Ada tahap tanggap darurat itu berjalan dua bulan, kemudian kita harus membuat hunian sementara barak-barak bagi semua korban yang kehilangan rumah," tambahnya.

 

 

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.


Rekonstruksi Rumah

Anak-anak pengungsi berjalan di kamp pengungsian di Lapangan Masjid Agung Daru Salam, Palu, Jumat (5/10). Para pengungsi menggelar salat jumat pertama pascagempa bumi dan tsunami. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Kemudian, lanjut dia, setelah itu dilakukan rehabilitasi serta merekonstruksi rumah-rumah dan bangunan yang mengalami rusak sedang dan berat.

"Rumah yang rusak direhap sambil rekonstruksi bersamaan untuk bangunan yang sudah ambruk betul," kata Ketua PMI Pusat ini.

Terkait dengan tehnis rekonstruksi bangunan, JK menegaskan konsep yang diterapkan di Palu berbeda dengan yang digunakan di Lombok.

"Kalau di Lombok kan pedesaan, ini di perkotaan beda. Di perkotaan itu ada daerah-daerah padat sekali. Kalau di desa itu, lombok luas lahannya bisa diatur macam-macam, kalau di sini kecil lahannya jadi mungkin saja bikin kayak bertingkat begitu," ujar JK.

Sedangkan untuk daerah terparah seperti di Balaroa dan Petobo, JK menegaskan akan sulit dibangun kembali. Ini lantaran kedua tempat tersebut menjadi kawasan terparah akibat bencana tersebut.

"Pasti, seperti yang di daerah Balaroa tidak mungkin dibangun di situ," ujar JK.

Untuk soal antrean Bahan Bakar Minyak (BBM) yang menjadi persoalan di Kota Palu dan sekitar daerah terdampak, JK menyatakan solusinya harus dilakukan secara manual.

"Sudah, BBM itu harus pake teknis zaman dulu. Caranya dengan memakai drum-drum," kata JK.

 

Saksikan video menarik berikut ini:

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya