Upaya Samsung Perangi Tingginya Buta Huruf Anak di Papua

Rendahnya angka literasi pemahaman membaca tentu bisa berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi, terutama sumber daya manusia.

oleh Yulia Lisnawati diperbarui 05 Okt 2018, 18:37 WIB
Anak-anak di SD YPK Waupnour, Biak, Papua (Liputan6.com/Yulia Lisnawati)

Liputan6.com, Biak - Angka buta huruf di Indonesia tersebar di 11 provinsi dengan rentang usia 15-59 tahun. Papua menjadi salah satu penduduk dengan buta aksara tertinggi. Badan Pusat Statistik (BPS) mendata, penduduk Papua yang tak mengenal huruf dengan rentang usia 15 tahun ke atas mencapai 26.11 persen.

Rendahnya angka literasi pemahaman membaca tentu bisa berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi, terutama sumber daya manusia.

Untuk menjawab permasalahan tersebut, Samsung Electronics Indonesia hadir dengan membangun Samsung Smart Learning Class (SLCC) di tingkat Sekolah Dasar (SD) YPK Waupnour, Biak, Papua untuk membantu anak-anak melek huruf sejak dini.

Kang Hyun Lee, Vice President Samsung Electronics Indonesia mengatakan ada alasan khusus mengapa memilih Sekolah Dasar di Biak sebagai target untuk membangun SLCC.

“Kami memilih SD di Papua karena anak-anak di sini jauh sekali dari teknologi. Kalau di Jakarta tentu sejak dini sudah memiliki kesempatan mengenal gadget. Tentu kami ingin memberikan kesempatan yang pertama bagi anak-anak di Biak,” papar Lee saat ditemui di SD YPK Waupnour, Biak, Papua, Kamis (4/10/2018).

Dengan adanya teknologi digital tentu bisa meningkatkan efektifitas kegiatan belajar karena dapat memberikan pengalaman yang lebih menarik dan mendorong keingintahuan siswa. 


Harapan Pemerintah

Anak-anak di SD YPK Waupnour, Biak, Papua (Liputan6.com/Yulia Lisnawati)

Dalam peluncuran SLCC di SD YPK Waupnour, hadir pula Direktur Pembinaan Sekolah Dasar, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud, Khamim. Beliau menutukan bahwa dengan adanya program SLCC ini bisa meningkatkan mutu pendidikan khususnya di wilayah timur menjadi lebih baik.

“Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sangat memberikan apresiasi kepada Samsung dan Wahana Visi yang telah menginisiasi. Saya berharap PT Samsung Indonesia bisa bisa bekerja sama dengan Kementerian untuk meningkatkan mutu pendidikan, siswa, guru dan sekolah lebih baik. Selain itu, dengan mengenalkan teknologi informasi, diharapkan dapat lebih cepat memacu perkembangan pendidikan di Biak dan sekitarnya,” kata Dirjen Khamim di SD YPK Waupnour, Biak, Papua, Kamis (4/10/2018).

Harapan pemerintah, nantinya sarana yang diberikan Samsung akan digunakan untuk pembinaan guru-guru kita berbasis jaringan atau online

"Peluncuran SLCC menjadi jawaban mutu pendidikan kita. Ada tiga hal dalam mutu pendidikan, pertama kompetisi guru atau tenaga pendidikan yang dimiliki. Kedua sarana dan prasana, selanjutnya kurikulum itu sendiri. Dengan memiliki guru yang berkompeten, maka akan memperbaiki kualitas pembelajaran di ruang kelas," lanjut Dirjen Khamim.


Dampak SLCC Lebih Luas

Ruang Kelas SLCC di SD YPK Waupnour, Biak, Papua (Liputan6.com/Yulia Lisnawati)

Dengan hadirnya SLCC, peningkatan kemampuan warga sekolah dan masyarakat dalam mengakses dan menggunakan Information and Communication Technologies (ICT) untuk pembelajaran dengan metode pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

Guru-guru sebelumnya telah melakukan pelatihan sehingga bisa menyampaikan modul pelajaran dan materi secara kreatif menggunakan ICT. Siswa yang menerima pengajaran dari aplikasi pembelajaran yang kreatif dan edukatif yang dapat berkontribusi pada kemampuan siswa dalam membaca, menulis dan berhitung.

Penggunaan teknologi tersebut juga tidak hanya bisa diakses oleh siswa di SD YPK Waunpnor, namun juga dari sekolah lain yang diidentifikasi sebagai sekolah imbas. Selain itu, dengan metode Reading Camp, masyarakat sekitar juga bisa belajar menggunakan teknologi yang ada.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya