Liputan6.com, Jakarta - Kadin bidang logistik dan pengelolaan rantai pasokan bekerjasama dengan Olifen Global Indonesia menyelenggarakan Blockchain Applications and Economic Forum 2018.
Acara ini mengangkat tema Business Use Cases For Blockchain Technology To Drive Adoptability yang diselenggarakan pada 8 hingga 10 Oktober 2018 di Hotel Shangrila, Jakarta.
Acara ini upaya Kadin mengedukasi para pelaku usaha terkait potensi penggunaan teknologi blockchain di Indonesia sebagai teknologi masa depan dengan sistem kerja yang transparan, dan efisien. Blockchain sebagai teknologi dapat diadaptasi dan diterapkan dalam proses bisnis di berbagai sektor.
Anggota Kadin, Rudyan Kopot, mengatakan penggunaan teknologi blockchain dalam industri dapat memberi banyak kemudahan. Meski demikian, selama ini sistem blockchain masih jarang digunakan untuk sektor industri.
Baca Juga
Advertisement
"Lebih efisien, lebih secure, segala macam. Kita baru belajar, belum tahu. Baru ikut acaranya. Ini sebagai sistem suatu learning yang menurut saya adalah sesuatu yang baru, di berbagai negara juga sudah terjadi," ujar Rudyan di Shangrila, Jakarta, Senin (8/10/2018).
Rudyan mengatakan, perkembangan penggunaan blockchain sudah semakin cepat di berbagai negara. Salah satu negara yang dianggap berhasil melakukan blockchain ini adalah Singapura. Sementara di Indonesia masih sedikit akibat belum ada aturan yang mendukung.
"Di bagian negara ada yang menerapkan juga, ada Inggris, ada Korea, ada di Amerika juga sudah. Ada pemerintah nya yang sudah nerima. Ada Singapura dan juga Thailand, kita harus belajar juga, tapi ini BI dan OJK lah yang nanti menentukan itu," ujar dia.
Lebih lanjut, Rudyan mengatakan, seluruh industri dapat menerapkan penggunaan teknologi blockchain ini. Pihaknya pun menanti Bank Indonesia dan OJK menerbitkan aturan yang dapat mendukung penerapan blockchain.
Sebagai informasi, dalam forum ini Kadin mengundang para pembicara dari dalam dan luar negeri di antaranya ilmuwan Blockchain.
Blockchain Enthusiast yaitu para pengusaha yang telah menggunakan Blockchain dari berbagai sektor, para pemangku kebijakan, pelaksana lapangan, dan instansi pemerintah.
Melalui acara ini, pembicara dan para peserta akan berbagi pengetahuan dan pengalaman secara mendalam terkait potensi teknologi blockchain guna mentransformasi dan meningkatkan kinerja perusahaan di berbagai sektor usaha.
Adapun rangkaian acara dalam pelaksanaan Blockchain Applications and Economic Forum 2018 antara lain, workshop untuk umum yang dilaksanakan pada 8 dan 10 Oktober, workshop untuk media diadakan pada 8 Oktober serta Seminar yang dibuka untuk umum pada 9 Oktober.
Terdapat banyak narasumber yang akan terlibat dalam seminar di antaranya Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Logistik dan Supply Chain Rico Rustombi, Advisor Asosiasi Blockchain Amerika Serikat Alex Linenko, Senior Executive Analyst Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Robert Akyuwen, National Technology Officer Microsoft Tony Seno Hartono, dari IBM Indonesia Andre Jenie dan pembicara lainnya mulai dari perbankan dan finansial.
Reporter: Anggun P.Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Indonesia Punya Potensi Besar Jadi Pemimpin Blockchain
Sebelumnya, Blokchain bisa dibilang sebagai salah satu teknologi yang cukup ‘seksi’ pada tahun ini. Walau demikian, kesadaran masyarakat akan pentingnya implementasi Blockchain masih minim.
Oleh karena itu, kumpulan pelaku industri Blockchain pun berkumpul dalam suatu acara bernama Jakarta Blockchain Meetup Indonesia.
Beberapa startup yang bergerak di bidang Blockchain dan mata uang digital (cryptocurrency) menghadiri acara yang disponsori SwipeCrypto ini.
Di dalam gelaran tersebut, para pakar dan pelaku industri Blockchain mengungkapkan akan pentingnya peran Blockchain dengan berbagai industri di Tanah Air di masa depan.
Beberapa di antaranya mulai dari Tomochain, Coindaily, Whaleblocks, Bibox, serta Daily Social.
Ada salah satu pembahasan yang menarik di dalam presentasi yang dilakukan oleh CEO Daily Social dan pengamat industri startup, Rama Mamuaya. Rama mengatakan, Indonesia berpotensi menjadi pemimpin Blockchain.
"Dua tahun yang lalu Blockchain itu belum diregulasi. Mungkin kalau sekarang kita ada di stagedi mana pemerintah mulai mengadopsi teknologi ini secara perlahan,” kata Rama di Jakarta, Senin malam (28/8/2018).
"Dan ke depannya 2 tahun lagi, pasti Blockchain bakal lebih besar. Indonesia punya kesempatan untuk bisa memegang peran penting dalam tumbuh kembang industri ini. Pasalnya, environment-nya sangat terbuka,” lanjutnya.
Pun begitu, implementasi Blockchain di Tanah Air nyatanya tidak semulus yang dibayangkan.
Rama menekankan, ketika Blockchain harus dikerahkan ke berbagai sektor, instansi terkait harus menyiapkan aturan khusus. Dalam hal ini, regulator harus bisa berkoordinasi dengan pelaku industri Blockchain.
"Para regulator seperti OJK (Otoritas Jasa Keuangan) di sini penting, mereka harus open mindeddan harus berkomunikasi dengan pelaku industri Blockchain,” tukas pria berkacamata tersebut.
Rama juga mengungkap fakta menarik terkait implementasi Blockchain di negara lain ketimbang di Indonesia.
Dibanding negara seperti Singapura, Korea Selatan, dan Vietnam, Blockchain masih belum bisa dimanfaatkan secara utuh.
Meski begitu, menurut Rama, Indonesia sebaiknya tak perlu bergegas diri untuk mengadopsi Blockchain.
"Apalagi di negara dengan ekonomi mature dan pasar terbuka seperti Amerika Serikat, mereka saja belum di-utilize secara utuh. Jadi sebaiknya kita pelan-pelan saja,” imbuh Rama.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement