Liputan6.com, Jakarta - Dalam perhelatan Pilpres 2019, isu ekonomi dipercaya calon wakil presiden Sandiaga Uno sebagai isu yang bisa meraup kepercayaan masyarakat.
Sandiaga Uno memang kerap melontarkan pernyataan-pernyataan terkait isu ekonomi, khususnya isu harga pangan. Ia menarik perhatian masyarakat saat menyebut ada tempe yang dijual setipis kartu ATM. Ia menyebut hal itu terjadi karena pedagang tidak bisa menaikkan harga karena khawatir tidak laku.
Advertisement
Selain itu, ia juga membuat pernyataan tentang uang Rp 100.000 yang hanya mampu digunakan untuk membeli bawang dan cabai. Pernyataannya itu pun menarik perhatian warganet. Warganet bahkan mengadakan tantangan #100ribudapatapa untuk membuktikan bahwa dengan uang Rp 100.000 mereka bisa membeli banyak barang, tidak hanya bawang dan cabai.
Klaim
Sandiaga Uno pun kembali membuat pernyataan yang kontroversial terkait isu harga pangan. Dilansir dari Jawa Pos, Senin (8/10/2018), Sandiaga mengatakan bahwa harga bahan makanan di Indonesia lebih mahal dari negara Asia Tenggara lainnya. Menurutnya, hal ini disebabkan panjangnya rantai distribusi yang telah menjadi kendala di Indonesia sejak lama.
"Bahan makanan di Indonesia lebih mahal dibandingkan di negara (ASEAN) lain. Sepiring makan siang di Jakarta lebih mahal dari sepiring makan siang dengan kualitas yang sama di Singapura, Thailand juga sama," kata Sandiaga kepada Jawa Pos, Jakarta, Kamis (4/10/2018).
Sandiaga pun menambahkan mahalnya harga sepiring makan siang itu tidak sebanding dengan pendapatan yang diperoleh para petani. Hal itu disebabkan biaya produksi petani yang terus meningkat.
"Harga bahan pokok itu tak mencerminkan menguatkan nilai tukar petani. Harga belinya tinggi tapi ongkos petani juga meningkat dari pupuk dan penghasilannya tidak naik. Itu yang bikin petani jadi tidak sejahtera," kata Sandiaga.
Pada Senin 8 Oktober 2018, Sandiaga Uno juga menyebut, sepiring nasi ayam di Singapura juga lebih murah dibandingkan dengan di Indonesia. Jika di Singapura harga sepiring nasi ayam sekitar 3,5 dolar Singapura (SGD) atau sekitar Rp 35 ribu, di Indonesia harganya sekitar Rp 50 ribu.
Hal ini disampaikan Sandi usai bertemu para milenial di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Senin (8/10/2018).
"Jadi kalau misalnya di Singapura sepiring chicken rice itu 3,5 dolar (SGD) atau Rp 35 ribu, di sini mungkin bisa Rp 50 ribu," sebutnya.
Sandiaga mengatakan informasi ini ia dapatkan dari tim ekonomi Prabowo-Sandi. Tim ekonomi tersebut mengumpulkan informasi tersebut dari berbagai sumber data.
Pernyataannya itu pun menjadi perbincangan di kalangan warganet. Kebanyakan warganet tidak setuju dengan pernyataannya itu dan meragukan validitas pernyataan Sandiaga tersebut.
Fakta: Singapura, Kota dengan Biaya Hidup Termahal 2018
Seperti diketahui, Singapura sering muncul dalam daftar kota termahal di dunia. Hasil survei terbaru dari The Economist Intelligence Unit berjudul "Worldwide Cost of Living 2018" menunjukkan bahwa Singapura menduduki posisi teratas kota dengan biaya hidup termahal di dunia. Ini merupakan tahun kelima Singapura dinobatkan sebagai kota termahal oleh survei tersebut. Mahalnya biaya hidup di Singapura disebut lebih tinggi dari negara-negara di Eropa seperti Paris, Zurich dan Kopenhagen.
Survei yang dikeluarkan The Economist Group ini membandingkan lebih dari 400 harga individu dari 160 jenis produk dan jasa yang mencakup makanan, minuman, pakaian, dan perlengkapan rumah tangga.
Perbandingan Singapura dan Jakarta
Berdasarkan data yang diperoleh dari Numbeo, biaya makan dan minum di Jakarta lebih rendah 61,44% dibandingkan di Singapura. Sedangkan, biaya belanja bahan pangan di Jakarta lebih rendah 31,26% dibandingkan di Singapura. Numbeo sendiri merupakan situs berbasis data yang mengumpulkan data hasil kontribusi masyarakat dari seluruh kota dan negara di dunia.
Dari tabel tersebut dapat diambil contoh harga satu porsi makanan di restoran biasa di Jakarta adalah sebesar Rp 40.000. Sedangkan di Singapura adalah sebesar 12 dolar Singapura atau setara Rp 132.386. Contoh lainnya, harga sebotol air minum di Jakarta adalah sebesar Rp 3.665, lebih murah dibandingkan harga sebotol air minum di Singapura yaitu seharga Rp 13.215.
Pernyataan BPS
Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS DKI Jakarta Dewi Kundalini Saraswati menampik pernyataan mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta tersebut.
"Kayanya nggak juga deh. Apalagi kemarin DKI deflasi, harga beberapa bahan pokok relatif stabil. Dari 9 bahan pokok cuma 2 yang naik dikit, yang lain turun," ujar Dewi saat dihubungi oleh Liputan6.com, Senin (8/10/2018).
Berdasarkan data dari Siaran Pers BPS Provinsi DKI Jakarta Oktober 2018, Jakarta mengalami deflasi sebesar 0,13 persen pada September 2018. Angka tersebut menempatkan Jakarta di urutan ke 50 dari 66 kota yang mengalami deflasi.
"Ini merupakan kali pertama Jakarta mengalami deflasi sepanjang tahun 2018," ujar kepala BPS Provinsi DKI Jakarta, Thoman Pardosi.
Advertisement
Kesimpulan
Biaya hidup dan harga makanan di Jakarta tidak lebih mahal dari Singapura seperti yang diucapkan oleh Sandiaga Uno. Singapura sendiri telah dikenal sebagai salah satu kota dengan biaya hidup termahal di dunia.
Singapura telah dinobatkan sebagai kota termahal di dunia lima tahun berturut-turut oleh survei dari The Economist Group. Dari data yang diperoleh dari Numbeo, biaya makanan dan harga pangan di Singapura masih lebih mahal jika dibandingkan dengan Jakarta.
Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama 49 media massa lainnya di seluruh dunia.
Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi hoax yang tersebar di masyarakat.
Jika anda memiliki informasi seputar hoax yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.