Cara Unik Menghindari Serbuan Gerombolan Gajah ala BBKSDA Riau

Di Kabupaten Kampar gajah masuk ke perkebunan hampir setiap tahun. Warga di sana takut jika sewaktu-waktu satwa berbelalai ini masuk ke permukiman.

oleh M Syukur diperbarui 10 Okt 2018, 05:01 WIB
Habitat rusak membuat kawanan gajah merusak 10 hektare kebun sawit di Kampar. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Pekanbaru - Sudah hampir sepekan warga di Bencah Kulubi, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, dibuat risau dengan kedatangan kawanan gajah liar. Gajah ini masuk ke perkebunan sawit dan memakan apa yang ada di sekitarnya.

Ahmad Zikri, warga di sana menyebut hingga kini sudah ada sekitar 10 hektare kebun yang rusak. Dia pun meminta pemerintah dan instansi terkait yang menangani gajah turun tangan untuk mengembalikan kawanan satwa bongsor itu ke hutan.

"Tolong kami sebagai rakyat ini. Sampai saat ini sudah ada sekitar 10 hektare kebun masyarakat yang rusak," keluh Ahmad terkait keadaan tersebut.

Dia pun berharap ada solusi dari Pemerintah Kabupaten Kampar karena gajah masuk ke perkebunan hampir terjadi setiap tahun. Warga di sana juga takut jika sewaktu-waktu satwa berbelalai ini masuk ke permukiman.

Terkait keluhan warga ini, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau menyebut sudah menurunkan tim sejak akhir pekan lalu. Di lokasi, tim yang terdiri dari beberapa orang itu tengah berusaha menggiring gajah ke taman hutan raya (tahura).

Menurut Kepala Bidang I BBKSDA Riau Mulyo Hutomo, tahura itu sangat dekat dengan posisi gajah yang masuk ke perkebunan masyarakat. Penggiringan tidak menggunakan gajah jinak seperti tahun-tahun sebelumnya.

"Tahura itu berada di belakang, tim saat ini tengah mengikuti gajah untuk dikembalikan ke sana," kata Hutomo, Selasa (9/10/2018) siang.

Hutomo menjelaskan, konflik tahunan antara gajah liar dengan masyarakat di sana tidak dapat dihindari. Pasalnya, kawasan itu merupakan perlintasan gajah yang tiap tahun dilalui.

Kawanan gajah ini biasanya bergerak dari Petapahan menuju Bencah Kulubi lalu ke kawasan Rumbai, Kota Pekanbaru untuk menuju kawasan Duri, Bengkalis. Kawanan ini lalu bergerak lagi dari Bengkalis hingga kembali ke habitatnya di tahura.

Selain penggiringan, BBKSDA tiap tahunnya juga menyosialisasikan kepada masyarakat cara mengusir gajah dari perkebunan. Salah satunya menyalakan bunyi-bunyian agar gajah ini menghindar.

"Namun, konflik ini akan selalu terjadi karena memang di sana perlintasannya sebelum ada kebun sawit," sebut Hutomo.

 

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.


Mulai Susah Ditebak

Ilustrasi Foto Gajah (iStockphoto)

Hanya saja dari pergerakan kawanan gajah tiap tahunnya ini, Hutomo menyebutnya pergerakan gajah sudah mulai susah ditebak dan tidak menentu. Siklus pergerakannya bahkan terjadi sampai dua hingga tiga kali setahun.

Menurut Hutomo, faktor utama perubahan siklus ini karena sudah rusaknya habitat gajah dan perlintasan. Semak belukar ataupun hutan yang dulunya dilalui gajah mencari makan sudah berubah menjadi perkebunan.

"Ini sudah sekian kalinya (dalam tahun ini). Pak Kadus di sana juga sering melaporkan ke kami," ucap Hutomo.

Rusaknya habitat membuat gajah cepat kehabisan makanannya dari alam. Tak ayal, gajah yang menempuh perjalanan hingga beberapa puluh kilometer kembali lagi sebelum waktunya.

"Belum waktunya pulang, sudah pulang lagi karena sumber makanannya sudah berubah jadi kebun," jelas Hutomo.

Sekadar informasi, Kampar saat ini masih terdapat satu kantong kawanan gajah. Jumlahnya bisa mencapai belasan ekor. Selain di Kampar, ada juga kantong lainnya yang terdapat di Giam Siak Kecil dan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN).

Giam Siak Kecil dan TNTN merupakan kantong gajah dengan anggota kawanan paling banyak. BBKSDA hingga kini mencatat 50 ekor gajah di Giam Siak Kecil dan sekitar 40 ekor gajah di TNTN.

 

Simak video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya