Kim Jong-un Undang Paus Fransiskus ke Korea Utara, Ada Apa?

Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un berniat mengundang Paus Fransiskus untuk berkunjung ke Pyongyang. Ada gerangan apa?

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 10 Okt 2018, 08:01 WIB
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un saat mengunjungi pemakaman perang Martyrs Cemetery dari Relawan Rakyat China di Kabupaten Hoechang, Provinsi Phyongan Selatan (27/7). (KCNA/via AP Photo)

Liputan6.com, Pyongyang - Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dikabarkan mengundang Paus Fransiskus, untuk mengunjungi Pyongyang. Hal itu merupakan isyarat untuk menyoroti upaya perdamaian di semenanjung Korea, tulis kantor kepresidenan Korea Selatan dalam sebuah pernyataan.

Mengingat tidak adanya hubungan diplomatik resmi antara Korea Utara dan Vatikan, Presiden Korsel Moon Jae-in berinisiatif menyampaikan surat undangan dari Kim Jong-un kepada Paus Fransiskus, yang akan dilakukan di sela-sela perjalanannya ke Eropa, pekan depan.

"Presiden Moon akan mengunjungi Vatikan pada 17 dan 18 Oktober, untuk menegaskan kembali dukungannya bagi perdamaian dan stabilitas semenanjung Korea," kata jurubicara Gedung Biru --pusat pemerintahan Korsel-- Kim Eui-kyeom, sebagaimana dikutip dari South China Morning Post pada Selasa (9/10/2018).

"Terutama ketika Presiden bertemu dengan Paus Fransiskus, dia akan menyampaikan pesan Pemimpin Kim bahwa Pyonyang akan menyambut dengan sangat rendah hati (kedatangan Paus)," lanjutnya.

Kim Jong-un mengatakan kepada Presiden Moon Jae-in tentang keinginannya untuk bertemu Paus selama pertemuan puncak kedua pemimpin bulan lalu, tambah juru bicara terkait, tanpa merinci waktunya.

Di lain pihak, Paus Fransiskus mengatakan dia ingin mengunjungi Jepang tahun depan.

Sementara itu, konstitusi Korea Utara menjamin kebebasan beragama selama tidak melemahkan negara, tetapi di luar segelintir tempat ibadah yang dikendalikan pemerintah pusat, rakyat tidak diperbolehkan melaksanakan peribadatan secara terbuka.

Undangan kepada Paus Fransiskus adalah yang pertama oleh pemimpin Korea Utara sejak tahun 2000. Meskipun pertemuan itu, yang diusulkan oleh ayah Kim, Kim Jong-il, tidak pernah terwujud, rencana kembali mengundang pemimpin Gereja Katolik adalah inisiatif diplomatik yang mengejutkan publik saat ini.

 

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

 

Simak video pilihan berikut: 

 


Perubahan Sikap Korea Utara

Bendera Korea Utara dan Korea Selatan berkibar berdampingan - AFP

Kim Jong-un juga sempat membuat keputusan diplomatik yang menyita dunia, yakni ketika bertemu tatap muka dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, bulan Juni lalu di Singapura.

Keduanya kemudian saling berjanji untuk bekerja menuju denuklirisasi penuh di Semenanjung Korea.

Sementara tindakan Kim Jong-un dianggap belum memenuhi tuntutan Washington, pemerintahan Donald Trump sedang mempersiapkan KTT kedua dengan Korea Utara.

Oleh beberapa pengamat, perubahan sikap Pyongyang yang cenderung moderat saat ini dinilai berbanding terbalik dengan perang ancaman, yang kerap dilontarkannya dalam beberapa dekade terakhir.

Bahkan, Korea Utara pernah begitu dimusuhi oleh banyak pemimpin negara karena membanggakan pengembangan rudal nuklir yang konon mampu menghantam Pantai Barat AS.

Kedua Korea mengadakan tiga pertemuan puncak tahun ini, setelah bertahun-tahun konfrontasi yang ditandai oleh uji coba nuklir dan rudal Korea Utara.

Tur Eropa oleh Presiden Moon dijadwalkan pada 13-21 Oktober, terutama untuk menghadiri Pertemuan Asia-Eropa di Belgia, dan termasuk kunjungan diplomatik di Prancis, Italia dan Denmark.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya