Rebut 2 Medali di Asian Para Games 2018, Kerja Keras Syuci Indriani Terbayarkan

Syuci Indriani sudah meraih dua medali di Asian Para Games 2018.

oleh Cakrayuri Nuralam diperbarui 09 Okt 2018, 20:30 WIB
Atlet para renang, Syuci Indriani usai berlaga di final 200 meter gaya bebas putri S14 Asian Para Games 2018 di Stadion Akuatik Kompleks GBK, Jakarta, Minggu (7/10). Syuci meraih posisi ketiga dan berhak atas perunggu. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta Dua medali berhasil disumbangkan Syuci Indriani bagi Indonesia di ajang Asian Para Games 2018. Suci melejit sejak hari pertama tampil pada ajang ini. 

Pada Minggu (7/10/2018), Syuci merebut medali perunggu Asian Para Games dari cabang para renang nomor 200 meter gaya bebas putri S14. Dia mencatatkan waktu 2 menit 20,80 detik di Stadion Akuatik, Komplek Gelora Bung Karno, Jakarta.

Tentunya, ini menjadi sebuah kejutan untuk Syuci. Sebab, dia tak pernah menyangka bisa mendapat medali di nomor yang bukan menjadi unggulannya.

Tak hanya itu, dia juga berhasil memecahkan catatan waktunya sendiri. Sebelum tampil di Asian Para Games, catatan waktu terbaiknya adalah 2 menit 22 detik. Catatan itu pecah saat di babak kualifikasi, Minggu pagi, 2 menit 24 detik.

Raihan prestasi Syuci berlanjut di nomor 100 meter gaya dada SB 14. Dia meraih medali emas Asian Para Games 2018 dengan catatan waktu tercepat, 1 menit 23,95 detik.

 


Tunagrahita

Syuci Indriani perenang Indonesia berhasil meraih medali emas di nomor 100 meter gaya dada klasifikasi SB14 pada Asian Para Games 2018, Gelora Bung Karno Jakarta, Senin (8/10/2018). (Bola.com/Peksi Cahyo)

Bila dilihat secara kasat mata, kondisi fisik Syuci sangatlah sempurna, sama seperti manusia biasanya. Namun, wanita berusia 17 tahun tersebut merupakan penyandang tunagrahita.

"Kalau menurut fisik dia itu sempurna. tapi kalau untuk intelektualnya, IQ-nya di bawah rata-rata. Dia itu di bawah 75. Makanya dia masuk di klasifikasi S14," kata pelatih renang Bhima Kautsar.

Dengan keterbatasan yang dimiliki Syuci, Kautsar sebagai seorang pelatih harus sabar memberikannya arahan.

"Penanganan sebetulnya seperti atlet normal, karena dia kan secara fisik sama utuh tidak ada yang kurang. Cuma kami lebih sering mengingatkan dan menegur ketika dia salah. Jadi tidak bisa dilepas begitu aja. Jadi, harus diulang-ulang terus sampai dia ngerti, diulang lagi," ucapnya.

"Terkadang bilang mengerti ternyata enggak. Ya, susahnya melatih tunagrahita seperti itu. Sering lupa. Dia cenderung lupa, daya ingatnya kurang. Jadi, dapat instruksi apa, renang seperti apa kadang salah," ujarnya menambahkan.

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya