Liputan6.com, Bali - PT PLN (Persero) akan mengembangkan pembangkit listrik panas bumi (geothermal) di Nusa Tenggara Timur (NTT). Untuk pengembangan tersebut, perusahaan plat merah ini mendapatkan pinjaman lembaga keuangan asal Jerman, KfW.
Direktur Perencanaan PLN, Syofvi Felienty, Reokman, mengatakan proyek tersebut berlokasi di Ulumbu dan Mataloko, NTT.
Proyek ini terdiri dari beberapa konstruksi pembangkit listrik, yaitu Ulumbu 5 GPP berkapasitas 20 MW yang berlokasi di Desa Wewo, Kecamatan Satar Mese, Kabupaten Manggarai.
Baca Juga
Advertisement
Sementara di Mataloko terdiri dari Mataloko 2 GPP berkapasitas 10 MW dan Mataloko 3 GPP berkapasitas 10 MW yang berlokasi di Desa Todabelu, Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada.
"Itu proyek geothermal (panas bumi) tapi ekspansi. Di daerah NTT, namanya Ulumbu dan Mataloko," ujar dia dalam Indonesia Investment Forum 2018 di Bali, Selasa (9/10/2018).
Syofvi mengungkapkan, untuk proyek tersebut, PLN mendapatkan pinjaman sebesar 150 juta euro dari KfW. Akan tetapi, menurut dia, komitmen untuk pinjaman ini sebenarnya sudah lama didapatkan PLN, hanya saja proses penandatangannya baru akan dilakukan pada Kamis 11 Oktober 2018 di sela-sela perhelatan Annual Meeting IMF-World Bank di Bali.
"Proyek kita banyak tapi enggak bisa short term. Ini dengan KfW kita sudah lama dealnya. Tinggal tandatangan. (Sejak) Setahun lalu. Dulu ada. Kita banyak proyek sama dia. Macam-macam. Ini bagian daripada itu," ujar dia.
Syofvi menyatakan, KfW mau memberikan bunga pinjaman yang rendah sehingga PLN berani untuk menjalin kerja sama dengan perusahaan Jerman tersebut. Namun, terlepas dari hal tersebut, keberadaan pembangkit listrik ini diharapkan akan memenuhi kebutuhan listrik untuk wilayah NTT.
"Rate-nya 0 persen. Saya ambil dong karena rendah. (Tenornya?) Kayanya below 20 years," kata dia.
* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.
PLN Hemat Rp 1,2 Miliar dari PLTU Jeranjang Lombok
Sebelumnya, PT PLN (Persero) mencatat dapat menghemat Rp 1,2 miliar per hari atas pengurangan penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM), dengan mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jeranjang Unit 1 dan 3, Lombok Nusa Tenggara Barat (NTB).
Deputi Manajer Enjinering Pembangkit PLN Wilayah NTB, Adam Priyo mengatakan, kehadiran PLTU Jeranjang unit 1 pada April 2016 dan unit 3 pada Desember 2012 membawa dampak positif pada penurunan Biaya Pokok Produksi (BBP) listrik. Ini karena mengurangi penggunaan Penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD).
"PLTU Jeranjang menurunkan BPP siginfikan, karena sebelumnya hampir 60 persen lebih BBM," kata Adam, di PLTU Jeranjang, Lombok, Rabu 12 September 2018.
Adam menuturkan, meski hanya menyumbang 17,7 persen ke kelistrikan Lombok, peran PLTU Jeranjang sangat besar dalam penghematan produksi listrik, mencapai Rp 600 juta per hari untuk satu unitnya. Selain itu, Rp 1,2 miliar per hari dengan dioperasikanya dua unit pembangkit dengan kapasitas masing-masing 25 Mega Watt (MW).
"Penghematan satu unit beroperasi Rp 600 juta per hari, dia mampu menghemat minyak," tutur dia.
Adam melanjutkan, penghematan didapat karena harga batubara sebagai sumber energi PLTU jauh lebih murah, ketimbang harga BBM sumber energi PLTD.
Ke depannya, PLN wilayah Lombok akan terus berupaya mengurangi penggunaan PLTD dan menggantikan dengan pembangkit dengan sumber energi yang jauh lebih murah untuk menurunkan BPP di wilayah tersebut agar lebih hemat.
"Kita on progres biaya bikin listrik murah, program kedepan minyak ini semakin dikurangi.
Untuk diketahui, saat ini porsi pasokan listrik Lombok sebanyak 256 MW teridiri dari, PLTG MPP 18,1 persen, PLTD Sewa 24,1 persen, PLTU Jeranjang 17,7 persen, PLTU IPP 17,7 persen, PLTMH 3,6 persen.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement