Liputan6.com, Jakarta - Salah satu startup unicorn Indonesia, Go-Jek, bakal memulai bisnisnya di Singapura pada bulan November 2018. Mengingat bulan November sudah di depan mata, perusahaan seolah tak ingin buang waktu lebih lama.
Perusahaan yang identik dengan warna hijaunya ini dikabarkan menjalin kemitraan dengan perusahaan rental mobil di Singapura sebelum layanannya resmi mengaspal di negeri jiran.
Baca Juga
Advertisement
Sebagaimana dikutip Tekno Liputan6.com dari Business Insider Singapore, Kamis (11/10/2018), Go-Jek telah bermitra dengan enam perusahaan rental mobil lokal untuk menyediakan kendaraan bagi pengemudi yang tidak memiliki kendaraan sendiri.
Menurut laporan media lokal Singapura, dengan kemitraan ini, Go-Jek bebas menghubungi sekitar 70 ribu driver yang saat ini juga menjadi driver Grab.
Klausul Komisi Kompetisi dan Konsumen Singapura (CCCS) pun memastikan, kerjasama dengan perusahaan rental memang bersifat non-eksklusivitas.
Sebelumnya, Go-Jek mengeluarkan pernyataan menanggapi kemungkinan diberlakukannya sanksi denda senilai USD 9 juta atas akuisisi Grab terhadap Uber.
"Kami sekarang yakin Singapura akan memiliki pasar yang kuat, efisien, dan kompetitif. Kedatangan kami akan menghadirkan dampak positif yang signifikan terhadap orang-orang di Singapura," kata Go-Jek dalam pernyataannya.
Persaingan Kian Sengit
Setelah resmi memulai ekspansi internasional pertamanya di Vietnam, kini Go-Jek berencana menyambangi Singapura pada bulan ini.
Dikutip dari Tech Crunch, Kamis (4/10/2018), ekspansi Go-Jek di Singapura ini akan mempersengit persaingan dengan Grab. Seperti diketahui, Singapura merupakan tempat kantor pusat Grab berada.
Dibandingkan Indonesia, pasar singapura memang tidak begitu besar mengingat perbedaan jumlah penduduknya.
Namun, ekspansi di Singapura dinilai penting sebagai salah satu simbolis ekspansinya di luar negeri. Menurut sumber Tech Crunch, Go-Jek akan merilis layanannya di Negeri Singa itu sebelum akhir Oktober 2018.
Tidak seperti Indonesia, Vietnam, dan Thailand, Singapura tidak mengizinkan "ojek motor" alias Go-Ride, sehingga perusahaan akan membawa layanan mobilnya atau Go-Car.
Go-Jek saat ini tengah berdiskusi dengan operator taksi terbesar Singapura, ComfortDelGro, yang sebelumnya bekerja sama dengan Uber. Namun, sejauh ini belum ada konfirmasi resmi terkait rencana Go-Jek tersebut.
Advertisement
Pakai Nama Go-Viet di Vietnam
Layanan on-demand milik Go-Jek di Vietman, Go-Viet, resmi beroperasi di Hanoi. Hal ini diumumkan secara resmi di Hanoi, Vietnam, dan dihadiri tidak hanya oleh pihak Go-Jek, tapi juga Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) dan Menteri Transportasi Vietnam, Nguyen Van The.
Dengan peluncuran resmi tersebut, kini masyarakat Hanoi sudah dapat menikmati layanan transportasi roda dua Go-Bike dan pengiriman kurir Go-Send.
Informasi, Hanoi merupakan kota kedua beroperasinya Go-Viet di Vietnam, setelah sebelumnya beroperasi terbatas di kota Ho Chi Minh sejak enam pekan lalu.
Kehadiran layanan tersebut di Hanoi sekaligus menandai peluncuran resmi Go-Viet di Vietnam.
"Kami sangat bangga masyarakat Vietnam merespons positif kehadiran kami. Ini ditunjukkan dengan antusiasme yang cukup besar dalam memanfaatkan layanan Go-Viet sejak di kota Ho Chi Minh beberapa pekan lalu," ungkap CEO dan Co-founder Go-Viet, Duc Nguyen, dalam keterengan resminya, Kamis (13/9/2018).
Ia mengatakan, aplikasi Go-Viet sudah diunduh lebih dari 1,5 juta kali dalam waktu enam pekan. Padahal, layanan tersebut belum beroperasi sepenuhnya. Saat ini, sebanyak 25 ribu mitra pengemudi telah bergabung.
Go-Viet merupakan layanan internasional pertama yang diluncurkan oleh Go-Jek.
"Go-Jek mendukung kami dengan platform teknologi kelas dunia, sementara kami - tim manajemen memanfaatkan pengetahuan yang mendalam mengenai pasar lokal, termasuk yang dibutuhkan konsumen dan mitra pengemudi. Sehingga, teknologi itu bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan dampak yang paling besar," jelas Duc.
(Tin/Ysl)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: