Liputan6.com, New York - Harga minyak turun dua persen didorong bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street yang tertekan. Meski pun pelaku pasar khawatir tentang menyusutnya pasokan Iran dari sanksi AS dan terus mengawasi Badai Michael sehingga menutup hasil produksi dari teluk Meksiko.
Harga minyak Brent merosot USD 1,91 atau 2,3 persen ke posisi USD 83,09 per barel. Sebelumnya harga minyak acuan ini naik 1,3 persen pada Selasa. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) susut USD 1,79 ke posisi USD 73,17 per barel atau turun 2,4 persen.
Harga minyak memperpanjang kerugian pasca American Petroleum Institute (API) melaporkan persediaan minyak mentah naik 9,7 juta barel selama sepekan yang berakhir 5 Oktober menjadi 410,7 juta. Angka ini lebih dari empat kali lipat 2,6 juta barel yang diperkirakan analis.
Baca Juga
Advertisement
Harga minyak turun seiring bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street yang tergelincir. Ini dengan indeks saham S&P 500 alami penurunan terbesar dalam satu hari sejak Februari. Kenaikan imbal hasil obligasi AS dan kekhawatiran kebijakan sektor perdagangan memicu aksi jual di wall street.
"Selama kita terus melihat pelemahan di saham, itu akan berdampak ke area lainnya. Salah satunya energi karena itu semua berkaitan dengan harapan ekonomi," ujar Analis United-ICAP, Brian LaRose, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (11/10/2018).
Risiko terhadap sistem keuangan global telah meningkat selama enam bulan terakhir. Hal tersebut dapat meningkat tajam jika tekanan di pasar negara berkembang meningkat dan hubungan perdagangan global memburuk.
Hal itu seperti disampaikan Dana Moneter Internasional (IMF). IMF memangkas proyeksi ekonomi global pada 2018 dan 2019 dan juga khawatir terhadap permintaan minyak yang merosot.
* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.
Sanksi Iran dan Topan Bayangi Harga Minyak
Harga minyak merosot meski pun ada kekhawatiran pasokan minyak imbas Badai Michael. Di Teluk Meksiko AS, produsen memangkas produksi minyak harian sekitar 42 persen karena badai. Pemotongan produksi minyak itu mewakiliki 718.877 barel per hari produksi minyak.
Sementara produksi minyak mentah telah dipangkas karena topan. Kekhawatiran pasokan minyak mentah dari Timur Tengah juga mendukung harga minyak. Ekspor minyak mentah Iran turun pada awal Oktober seiring pelaku pasar mencari alternatif jelang sanksi AS yang berlaku pada 4 November.
Arab Saudi, pengekspor minyak terbesar di dunia akan memasok pembeli India dengan tambahan 4 juta barel minyak pada November. Hal itu berdasarkan sumber Reuters. India merupakan klien minyak terkemuka Iran setelah China.
Sanksi AS terhadap AS diharapkan dapat jaga harga minyak tinggi di atas USD 65. Kemungkinan harga minyak dapat tembus USD 100 dalam jangka menengah. Produksi minyak mentah AS diperkirakan naik 1,39 juta barel menjadi 10,74 juta barel per hari.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement