Kipas-Kipas Cantik Bali yang Bikin Bule Senyum-Senyum Sendiri

Kipas-kipas cantik Bali yang ramah lingkungan itu hadir di sela pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia 2018 di Nusa Dua, Bali.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 11 Okt 2018, 12:45 WIB
Kipas Bali hadir di Indonesia Pavilion di sela pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia di Bali. (dok. istimewa/Dinny Mutiah)

Liputan6.com, Jakarta - Tak hanya kain wastra, Indonesia Pavilion yang dihadirkan Kementerian BUMN pada pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia 2018 juga menampilkan kipas Bali. Kerajinan tangan yang membuat pengunjung asing senyum-senyum sendiri itu merupakan karya AAA Mas Utari N SH (47).

Bagaimana tidak, kipas yang didominasi warna-warna cerah seperti, hijau, biru, merah, oranye, pink, dan kuning ini memiliki ragam corak yang unik. Pengunjung kebanyakan tak akan menyangka bahwa ragam kipas cantik yang dipajangnya di dinding bambu itu terbuat dari limbah.

"Kipas yang kami buat bahannya memang banyak memanfaatkan limbah, seperti kawat, kaleng bekas, oli pelumas dan sisa-sisa kain," kata Utari mengawali perbincangan, dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Rabu, 10 Oktober 2018.

Dari limbah tersebut, perempuan yang akrab disapa Gung Mas ini menyulapnya menjadi kipas ramah lingkungan berbentuk kipas lebar. Ia yang dibantu oleh lebih dari 50 karyawan ini mengaku mampu memproduksi sekitar 300 kipas ramah lingkungan per hari.

"Kipas ramah lingkungan ini, banyak disukai wisatawan lokal yang datang ke Bali untuk oleh-oleh," imbuhnya.

Selain kipas ramah lingkungan, UMKM-nya juga memproduksi model kipas eksklusif, yaitu kipas kayu berbahan kain Wastra dan kipas kayu lukisan. Untuk kipas kayu berbahan kain Wastra, kata Gung Mas, bisa memanfaatkan sisa kain kebaya, batik atau kain tradisional lainnya yang sudah tidak terpakai.

"Bisa juga bahannya sesuai permintaan konsumen, karena ingin dipadankan dengan pakaiannya, dan itu biasanya kebaya," ujar perempuan kelahiran Bali itu.

Tema kipas kayu lukisan, lanjut Gung Mas, sangat beragam, mulai dari tokoh-tokoh wayang, tari tradisional Bali, atau bentuk-bentuk lainnya yang khas Bali. Jenis kipas ini diproduksi rata-rata 100 kipas per hari, karena membutuhkan waktu agak lama, mengingat dipengaruhi tingkat kerumitan dan feel dalam proses pembuatannya.

Tak heran bila kipas lukis ini tampilannya eksklusif dan sangat diminati wisatawan luar negeri, termasuk tamu-tamu negara, seperti pengunjung Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 kali ini.

"Kedutaan-kedutaan besar juga menyukai jenis kipas ini, karena ada identitas Balinya. Dan, selain turis asing, kolektor kipas juga suka jenis kipas ini, karena memang eksklusif," jelas Gung Mas.

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.


Beda Negara, Beda Kipas

Kipas-kipas cantik Bali yang ramah lingkungan itu hadir di sela pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia 2018 di Nusa Dua, Bali. (dok. istimewa)/Dinny Mutiah)

Harga kipas yang diproduksinya dipatok Rp 15 ribu hingga Rp 2 juta. "Termurah kipas ramah lingkungan, sedangkan harga termahal adalah kipas kain Wastra dan kipas lukisan yang bentuknya adalah kipas lipat," ujarnya merinci.

Kerja kerasnya untuk terus berinovasi membuat kipas etnik tak hanya disukai pasar dalam negeri, tetapi juga pasar luar negeri. Ini dibuktikan dari keberhasilan kipasnya yang telah diekspor ke Filipina, Thailand, Inggris, Portugis, Prancis, Malaysia, dan Amerika Serikat.

Setiap negara akan memesan dengan model berbeda. Malaysia misalnya, banyak permintaan untuk keperluan pernikahan dengan ukuran 19, model kayu polos dan wastra polos.

"Kalau Prancis suka pakai renda dan bambu agar cost lebih murah, sedangkan Amerika dan Portugis sukanya kipas ramah lingkungan, tapi materialnya sutra. Biasanya kita ekspor 600-6.000 kipas per customer per bulan," urainya.

Respons positif dari pasar dalam negeri dan luar negeri inilah yang membuatnya semakin bersemangat untuk terus membesarkan UMKM-nya yang berhasil menyabet sederet penghargaan, salah satunya juara 1 Design Favorit Endek yang diserahkan langsung oleh Menteri BUMN, pada Denpasar Festival 2011.

Maka itu, Gung Mas bangga bisa berpartisipasi di Indonesia Pavilion pada Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018. Menurutnya, ini merupakan kesempatan emas untuk memamerkan kerajinan tangannya agar semakin dikenal luas.

"Bagi saya Indonesia Pavilion merupakan sarana promosi yang efektif agar bisa menunjukkan keindahan Indonesia lewat kerajinan tangan agar semakin dikenal oleh masyarakat dunia," tuturnya menutup perbincangan.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya