Liputan6.com, Cirebon - Keseriusan berlatih mengasah potensi diri terus dilakukan untuk meraih prestasi. Seperti yang dilakukan Rahmadita Januariska Assa (14), siswa SLB Negeri Budi Utama Cirebon ini penyandang disabilitas tunarungu ini membuktikannya sendiri.
Gadis belia yang akrab disapa Dita ini berhasil menyabet juara 3 lomba desain grafis tingkat nasional. Dalam lomba tersebut, Dita membuat paper toy bertema busana daerah dan desain kalender dengan menggunakan teknik paper cut dengan tema flora dan fauna.
Baca Juga
Advertisement
"Alhamdulillah menang saya memang suka menggambar," ujar Dita didampingi gurunya menggunakan bahasa isyarat, Kamis (11/10/2018).
Dita mengatakan, sebelum mengikuti lomba tingkat nasional, dia mendapat juara 1 lomba desain grafis tingkat provinsi. Dita mengaku, sejak kecil sangat hobi menggambar tokoh-tokoh kartun yang ada di televisi.
Dia mengaku, sehari-hari Dita belajar kemampuan desain grafis Dita didapat dengan cara otodidak. Dita sering menonton vidio di Youtube mengenai pengetahuan desain grafis dan teknik paper cut.
Selain itu, dalam kesehariannya, Dita juga hobi menggambar kartun yang disukainya. Dita sempat menunjukkan beberapa karya lukis yang dibuatnya.
"Kebanyakan gambarnya ada di rumah yang saya bawa hanya sebagian," kata Dita.
Prestasi yang sama diraih oleh Rachael Putri. Siswa penyandang disabilitas tunagrahita ini mendapat juara 1 olahraga Boccie di tingkat Provinsi.
Prestasi yang diperoleh Rachael pada perhelatan olahraga O2SN di Bandung tahun 2017 lalu. Rachael juga pernah mendapat juara pada lomba lari 80 meter.
"Waktu itu saya masih SD," kata dia.
Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.
Gali Potensi
Guru SLB Negeri Budi Utama Cirebon Betty Feria R mengatakan sudah melihat potensi yang dimiliki Dita. Namun, butuh proses yang cukup panjang untuk menggali potensi, khususnya kepercayaan diri Dita.
"Rahasianya kasih sayang. Kalau anak sudah nyaman kepada kita, maka jangan disia-siakan," ujar dia.
Betty menjelaskan, penyandang disabilitas tunarungu memiliki tingkat kepekaan yang lebih. Selain itu, penyandang tunarungu juga cenderung pemilih.
Oleh karena itu, jika tidak dapat mengambil hati dari penyandang tunarungu, maka akan sulit mengembangkan potensi mereka. Dia menuturkan, prestasi serupa pernah diraih oleh Agung Fadilah, kakak kelas Dita.
"Siswa kami Agung Fadilah prestasinya membanggakan. Terakhir sebelum lulus, dia juara 1 tingkat nasional membatik dan membuat poster. Alhamdulillah sekarang lulus dan kuliah di UNJ jurusan desain grafis," kata dia.
Sebagian besar penyandang disabilitas membutuhkan motivasi dan kasih sayang yang tulus. Karena, hal itu dapat memicu daya saing positif untuk menjadikan sosok yang berkompeten.
"Penyandang tunarungu suka motivasi, bersaing dan berkompetisi bahkan penyandang tunagrahita bisa kritis juga loh sama gurunya. Jangan salah," ungkap dia.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement