Liputan6.com, Kuala Lumpur - Tak bisa dimungkiri, industri smartphone semakin panas dengan kemunculan sejumlah 'anak' dari brand smartphone kenamaan asal Tiongkok. Mereka menyebutnya dengan julukan 'sub-brand'.
Xiaomi, contohnya. Belum lama ini, perusahaan teknologi asal Tiongkok tersebut, baru saja memperkenalkan sub-brand miliknya bernama Pocophone.
Gebrakan Xiaomi tak main-main. Poco F1--smartphone perdana Pocophone--hadir dengan spesifikasi premium, tetapi dibanderol dengan harga yang sangat terjangkau di kelasnya dan kelak menjadi ancaman bagi pemain smartphone premium yang harganya dipatok jauh di atas Poco F1.
Ambil contoh lagi Huawei dengan sub-brand Honor. Di negeri asalnya, Tiongkok, Honor sukses mengambil hati generasi milenial. Jajaran perangkatnya pun notabene selalu dikaitkan dengan smartphone-nya kawula muda.
Baca Juga
Advertisement
Adapun Oppo, baru-baru ini, memperkenalkan sub-brand Realme. Mirip dengan Honor, Realme mengandalkan desain stylish nan kekinian, yang menyasar target anak muda.
Melihat besarnya gairah brand smartphone yang menelurkan sub-brand demi menggaet segmen pengguna baru, tentu pasti kita kembali melihat ke belakang, di mana sudah bertengger beberapa brand favorit yang juga mendominasi pasar smartphone.
Ada beberapa brand senior yang sudah berdiri kokoh, tetapi justru tidak mengikuti langkah perusahaan yang disebutkan di atas. Dalam hal ini, Samsung menjadi salah satunya.
Samsung sudah berkiprah di industri smartphone selama kurang lebih sepuluh tahun. Perusahaan pun sebetulnya juga telah memiliki segmen khusus untuk generasi milenial lewat lini Galaxy A.
Namun, pernahkah terbesit di perusahaan untuk hendak menghadirkan sub-brand seperti para kompetitornya ini?
Head of IT & Mobile Communications (IM) Division Samsung DJ Koh, secara tidak langsung mengutarakan pemikirannya terkait kehadiran sub-brand dari Samsung.
Menurut pria yang juga menjabat sebagai President dan co-CEO Samsung Electronics tersebut, untuk bisa menghadirkan sebuah sub-brand, dibutuhkan keputusan yang matang, mengingat penamaan brand dari Samsung sendiri didasari atas filosofi dan makna yang mendalam.
Namun, jika memang nantinya sub-brand nanti akan menjadi sesuatu yang penting bagi perusahaan, bukan tidak mungkin Samsung akan melakukan cara serupa.
"Ya kalau memang sub-brand itu penting nantinya, kenapa tidak? Kita pasti akan memikirkannya," kata DJ Koh dalam sesi wawancara khusus bersama Tekno Liputan6.com di Kuala Lumpur, Malaysia, Kamis (11/10/2018).
Memang, untuk saat ini, DJ Koh mengaku tidak terpikir untuk menghadirkan sub-brand. Galaxy, katanya, sebetulnya adalah brand yang sudah sangat kuat selama 10 tahun terakhir.
"Nama Galaxy itu sendiri berasal saat Samsung Group didirikan oleh pendiri kami sejak 1938. (Samsung berarti tiga bintang). Samsung awalnya menjual rangkaian produk sehari-hari, seperti gula, garment, dan salah satunya adalah mie (dry noodle) dengan merek Star Noodle," kenang DJ Koh.
"Nah, Galaxy itu secara arti kumpulan bintang-bintang. Berhubungan dengan filosofi bisnis pendiri kami, Star, barulah dikembangkan menjadi brand Galaxy," tandasnya.
Pada kesempatan yang sama, CMO Samsung Electronics YH Lee, juga mengungkap lebih dalam soal makna dari nama asli Samsung Galaxy.
"Galaxy itu besar dan bermakna keterbukaan, berpotensi memberikan hidup kepada umat manusia. Itu artinya Galaxy. Jadi kita memang harus benar-benar memikirkan soal sub-brand, mengingat Galaxy itu memiliki makna khusus, apalagi itu adalah masterbrand Samsung," kata YH Lee pada saat yang bersamaan.
"Maka dari itu, kami terus memikirkan perkembangan arsitektur brand demi menggapai lebih banyak pengguna dari kalangan generasi milenial dan pengguna muda. Jadi kita memang sedang bekerja untuk itu," tandasnya.
Menilik Perjalanan Karier Bos Samsung DJ Koh
President of Samsung Electronics DJ Koh berkunjung ke Kuala Lumpur, Malaysia, untuk merilis kehadiran smartphone terbaru Samsung yang kabarnya mengusung empat kamera utama.
Pria yang memiliki nama DongJin Koh memang selalu jadi orang yang memperkenalkan kehadiran flagship smartphone terbaru Samsung. Sebut saja saat Samsung merilis Galaxy S8, Galaxy Note 8, Galaxy S9, hingga Galaxy Note 9 beberapa waktu lalu.
Koh menjadi President Samsung Electronics sejak bulan Maret 2018 hingga saat ini. Kariernya terus melonjak sejak dia bergabung dengan Samsung di tahun 1984.
Dia begitu dihormati karena fokus pada kerja kolaboratif tim. Sebagaimana dikutip dari Mashable, Kamis (11/10/2018), selama beberapa dekade, Koh sempat mengembangkan bidang sumber daya manusia, perencanaan, dan riset produk.
Pada bidang tersebut, dia mendorong upaya peningkatan kerlibatan karyawan dan operasional di seluruh organisasi. Berkat ini pula, Koh menjadi pemimpin yang dikenal hingga akhirnya membuat adanya transformasi penawaran produk Samsung.
Laman Crunch Base menyebut, pemegang gelar master di bidang Technology Policy dari University of Sussex menjabat sebagai Head of Mobile Communications Business sejak 2007 hingga 2011.
Saat itu, dirinya menciptakan aliansi strategis dengan perusahaan mitra Samsung guna membawa teknologi yang lebih inovatif ke pasaran.
Advertisement
Kembangkan Flagship Smartphone Samsung
Koh juga bertanggung jawab untuk membawa inovasi teknis untuk modem dan teknologi software saat dirinya menjabat jadi VP Executive Samsung bidang riset dan pengembangan sejak 2014 hingga 2015.
Sekadar diketahui, selama kariernya di riset dan pengembangan, DJ Koh memimpin pengembangan dua smartphone flagship Samsung, Galaxy S6 dan Galaxy S6 Edge, serta Galaxy Note 5.
Menurut Samsung, Koh juga merupakan orang di balik pengembangan sistem pembayaran mobile Samsung Pay.
Kemudian, sejak Desember 2015 hingga Oktober 2017 Koh menjabat sebagai President Mobile Communication Samsung Electronics. Hingga saat ini, dia menjadi President Samsung Electronics.
Selain jadi presiden di Samsung, Koh juga memegang jabatan anggota board member Samsung sejak Maret 2018.
(Jek/Isk)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: