Liputan6.com, Cilacap - Oktober 2018 ini, masyarakat di sisi selatan Jawa merasakan panas terik luar biasa. Suhu tinggi ini bahkan bertahan hingga malam hari musim kemarau ini.
Saat ini matahari memang tengah berada di atas sisi selatan Jawa sisi selatan. Ini termasuk Yogyakarta, Purworejo, Kebumen, Banyumas, dan Cilacap.
Prakiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pos Pengamatan Cilacap mengatakan, fenomena ini terjadi lantaran revolusi bumi saat mengelilingi matahari menyebabkan terjadinya gerak semu matahari secara perlahan.
Gerak semu ini masih terus berlangsung seiring waktu. Bahkan, pada Sabtu, 13 Oktober 2018, posisi matahari yang tepat di atas Jawa sisi selatan akan memicu hari tanpa bayangan.
Baca Juga
Advertisement
Hari tanpa bayangan adalah ketika benda-benda tegak lurus seolah hilang bayangannya lantaran matahari tepat berada di atasnya. Waktunya pun hanya sesaat.
Diperkirakan hari tanpa bayangan di Cilacap dan Banyumas bakal terjadi sekitar pukul 11.24 WIB. Kondisi ini akan lebih cepat beberapa menit di wilayah Kebumen, Purworejo, dan Yogyakarta yang berada di sisi timur.
Sebaliknya di wilayah barat, fenomena hari tanpa bayangan akan tiba lebih lambat dibanding Banyumas dan Cilacap. Waktunya relatif, tergantung jaraknya.
* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.
Suhu Tinggi di Bulan Oktober
Menurut dia, hari tanpa bayangan sebetulnya adalah fenomena tahunan ketika sebuah tempat berada persis di bawah matahari. Bayangan tidak muncul lantaran letak bayangan tepat berada di benda itu sendiri.
Dia mengemukakan, letak matahari yang kini tepat berada di atas sisi selatan Jawa juga menyebabkan suhu Oktober 2018 begitu tinggi. Di Stasiun Meteorologi Kota Cilacap, suhu maksimal tercatat 31,7 derajat Celsius, dan suhu maksimum di Pos Pengamatan Cuaca Bandara Tunggul Wulung Jeruklegi tercatat 31,4 derajat Celsius.
Rendy mengemukakan, selain letak matahari yang sedang tepat berada di atas wilayah Cilacap dan Banyumas, suhu panas juga disebabkan minimnya tutupan awan. Sinar matahari mencapai permukaan bumi tanpa penghalang.
Kemarau yang menyebabkan keringnya permukaan tanah juga menyebabkan panas matahari tak teredam. Akibatnya, suhu akan semakin tinggi seiring puncak atau akhir kemarau ini.
Menurut Rendy, kondisi suhu panas ekstrem di Jawa baru akan berakhir setibanya musim penghujan. Hujan diperkirakan akan tiba pada November 2018 mendatang.
"Ada dampak El Nino Lemah sehingga musim hujan mundur," ungkap Rendy.
Pada Oktober 2018 ini angin kencang juga terjadi di beberapa wilayah di Kabupaten Cilacap dan Banyumas. Hal ini disebabkan masih berembusnya angin Timuran, yaitu angin yang berembus dari Benua Australia menuju ke Benua Asia.
Karakteristik angin timuran yakni bersifat kering dan kecepatannya tinggi atau kencang. Kecepatan angin di wilayah Cilacap dan Banyumas saat ini antara 10-45 kilometer per jam.
"Indonesia terletak di sekitaran equator, maka wilayah Indonesia seperti pembatas atau barrier, maka di Indonesia terdampak angin yg berhembus dengan kecepatan tinggi," kata Rendy menambahkan.
Simak juga video pilihan berikut ini:
Advertisement