Harga BBM Rp 17 ribu/liter di Karimunjawa, Ada Apa?

Pemerintah mengklaim harga BBM sama di seluruh wilayah di Indonesia, namun di Karimunjawa ternyata harga per liter BBM jenis premium bisa mencapai Rp 17 ribu / liter. Ada apa?

oleh Felek Wahyu diperbarui 12 Okt 2018, 18:30 WIB
Antrean jerigen dan drum di SPBU Karimunjawa menyebabkan harga premium Rp 17 ribu/liter. (foto: Liputan6.com / felek wahyu)

Liputan6.com, Karimunjawa - Apa yang menjadi penghambat perkembangan pariwisata di kepulauan Karimunjawa? Bukan ombak tinggi, bukan pula rendahnya mutu pelayanan penyedia jasa pariwisata.

Budi Santoso salah satu pengelola biro wisata menyebutkan bahwa penghambat utama perkembangan pariwisata Karimunjawa adalah ketersediaan BBM. Dan itu terjadi nyaris sepanjang tahun.

"Kami yang di Karimunjawa selalu susah mendapatkan BBM," kata Budi.

Kebijakan pembatasan BBM dan minimnya stok, mengakibatkan kendaraan yang dikelolanya tidak bisa melayani keinginan para wisatawan.

"Bisa beli BBM terbatas. Kadang sampai kendaraan lagi disewa wisatawan kehabisan BBM. Kasihan sampai ada wisatawan asing nuntun motor," kata Budi kepada Liputan6.com, Jumat (13/10/20018).

Sementara itu, Arif Setiawan seorang nelayan yang tinggal di pusat keramaian pulau Karimun mengeluhkan hal serupa. Pembatasan pembelian berdampak pada perekonomian nelayan.

"Kami yang di Karimun kota tidak boleh beli agak banyak. Padahal yang di radius lebih dari 5 kilometer boleh," kata Arif.

Munculnya SPBU ternyata tak menyelesaikan masalah. Kebijakan itu diikuti pelarangan pembelian BBM dari Jepara oleh nelayan dengan alasan keamanan juga berimbas pada waktu kerja nelayan.

"Jika di SPBU Karimunjawa kehabisan BBM, kami tidak bisa beli. Mau beli dari Jepara tidak boleh alasannya keselamatan," kata Arif.

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

 


Siksa Kartu Nelayan

SPBU Karimunjawa menerapkan pembatasan pembelian BBM sehingga nelayan dan pelaku industri pariwisata tak bisa beroperasi. (foto: Liputan6.com / felek wahyu)

Penerbitan kartu nelayan ternyata juga malah mempertegas pembatasan. Nelayan hanya diijinkan membeli BBM solar 50 liter saja. Ini hanya bisa melaut selama dua hari.

Jika tak ada solar, para nelayan memilih berdiam diri di rumah. Kartu nelayan yang disebutkan oleh pemerintah Provinsi Jawa Tengah berfungsi mengontrol dan mempermudah nelayan membeli BBM ternyata berdampak sebaliknya.

"Beli BBM di SPBU malah menyulitkan kami," kata Arif.

Gonjang-ganjing harga BBM juga dikeluhkan warga melalui media sosial. Akun Facebook bernama Wida Yanti menyebutkan bahwa harga premium di kepulauan Karimunjawa mematahkan klaim, bahwa BBM hanya punya satu harga.

"Karimunjawa hari ini bensin 17rb/L. Sangar guys," tulisnya.

Area Manager Communication and CSR Pertamina MOR IV Andar Titi Lestari menyebutkan bahwa peristiwa itu terjadi karena ada gangguan dalam menurunkan atau membongkar BBM.

"Datang tepat waktu dan kapasitasnya tidak berkurang. Namun saat akan diturunkan ada gangguan jadi BBM yang datang hari Senin baru diturunkan beberapa hari kemudian," kata Andar tanpa menyebutkan gangguan macam apa yang dialami.

Tingginya harga BBM dimanfaatkan oleh pengelola SPBU. Mereka menerapkan aturan warga yang tinggal di radius lebih dari 5 KM diperbolehkan membeli dengan kapasitas besar menggunakan drum. Sedang warga di sekitar SPBU hingga 5 KM karena hanya boleh mengisi tangki kendataraannya.

"Pagi sampai. Malam sudah habis. Lusa tidak melaut atau jika mau melaut beli di pengecer di desa tetangga yang harganya bisa naik 50 persen. Seliter bisa sampai Rp 20 ribu," kata Arif.

Simak video menarik berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya