Liputan6.com, Brasilia - Kandidat presiden terfavorit dalam pemilu Brasil putaran kedua, Jair Bolsonaro, menyatakan bahwa dirinya kagum terhadap sosok Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
"Saya pengagum Presiden Trump. Ia ingin AS menjadi besar dan hebat, saya pun berpikir serupa, ingin menjadikan Brasil sebagai negara yang besar dan terhormat," kata Bolsonaro, sebagaimana dikutip dari VOA Indonesia pada Jumat (12/10/2018).
Pernyataan itu disampaikan oleh Bolsonaro dalam konferensi pers pertama sejak meraih 46 persen suara dalam pemilu putaran pertama, yang digelar pada Minggu 7 Oktober.
Baca Juga
Advertisement
Di waktu bersamaan, Bolsonaro juga membantah tudingan bahwa ia adalah pendukung ultra kanan yang mengusung garis moderat. Ia meyakinkan pendukungnya bahwa dirinya tidak akan lepas tangan dalam memimpin Brasil menjadi negara hebat.
Sementara itu, deretan pihak yang berseberangan, menggarisbawahi berbagai pernyataan Bolsonaro di masa lampu. Banyak di antaranya dinilai sangat kontroversial, dan melukai sebagian masyarakat Brasil.
Bolsonaro adalah satu-satunya politikus saat ini yang berani mengakui tentang pemerintahan diktator militer pada 1964-1985, di mana ia berdalih hal itu semata-mata bertujuan menciptakan ketertiban nasional.
Selain itu, Bolsonaro juga dikecam karena beberapa pernyataannya yang menyudutkan wanita dan kelompok LGBT.
* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.
Simak video pilihan berikut:
Serukan Penghentian Kekerasan
Dua calon presiden (capres) yang akan bersaing di putaran akhir pemilu Brasil bulan ini, bersama-sama menyerukan rakyat untuk bersikap tenang, dan mengakhiri eskalasi kekerasan bermotif politik.
Banyak kasus kekerasan dilaporkan terjadi seminggu sebelum putaran pertama pemungutan suara pada pekan lalu, dan sejak itu terus bereskalasi hingga menjadi sorotan nasional.
Adapun putaran kedua pemungutan suara, sebagaimana dikutip dari Fox News pada hari Jumat, dijadwalkan berlangsung pada 28 Oktober nanti.
Persaingan antar kubu pendukung masing-masing capres telah memicu perpecahan, yang dinilai terburuk di Amerika Latin. Saling adu otot itu utamanya disebabkan oleh visi dan janji kampanye yang jauh berseberangan satu sama lain.
Di sayap kanan adalah pemimpin massa terbesar Jair Bolsonaro, seorang mantan panglima tentara yang mengakui kediktatoran pemerintah Brasil pada 1964-1985. Ia juga disukai karena berjanji akan menindak tegas geng narkoba dan penjahat lainnya.
Adapun di sisi kiri adalah Fernando Haddad, mantan walikota Sao Paulo dengan janji mengembalikan Negeri Samba ke pemerintah pro rakyat, yang pernah diterapkan oleh Partai Buruh antara 2003 dan 2016.
Advertisement