Prospek Permintaan Melemah, Harga Minyak Tertekan

Investor akan mengawasi jumlah sumur pengeboran AS yang masih akan beroperasi untuk memperkirakan gerak harga minyak selanjutnya.

oleh Arthur Gideon diperbarui 13 Okt 2018, 06:31 WIB
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak sempat memberikan keuntungan di awal perdagangan Jumat. Namun kemudian menjelang akhir perdagangan berbalik arah melemah setelah Badan Energi Internasional atau The International Energy Agency (IEA) mengeluarkan analisis bahwa kemungkinan besar permintaan akan melemah.

Mengutip Reuters, Sabtu (13/10/2018), harga minyak mentah Brent turun 56 sen per barel menjadi USD 79,70 per barel. Menambah pelemahan yang telah dibukukan pada perdagangan sebelumnya yang mengalami tekanan 3,4 persen.

Sedangkan untuk harga minyak mentah AS di perdagangan berjangka turun 2 sen menjadi USD 70,95 per barel.

Dalam catatannya, IEA mengatakan bahwa pasokan minyak di dunia cukup stabil tetapi bakal terjadi penurunan permintaan untuk tahun ini dan tahun depan.

"Ini terjadi karena pertumbuhan ekonomi dunia mengalami pelemahan karena kekhawatiran perang dagang dan juga revisi data China," tulis IEA dalam laporannya.

Analis energi Again Capital Management, New York, John Kilduff, mengatakan bahwa sebagian besar investor melihat bahwa memang ada pelemahan permintaan di akhir tahun ini karena adanya perang dagang tersebut.

Namun, masih ada tanda-tanda krisis pasokan di akhir tahun karena adanya sanksi yang diberikan AS kepada Iran.

 

 

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Penurunan Produksi AS

Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Penurunan produksi minyak AS pada pekan ini juga mendukung kenaikan harga. Di Teluk AS, Meksiko, perusahaan memangkas produksi hingga 40 persen pada hari Kamis karena Badai Michael.

Bahkan beberapa mulai memulangkan kru dari anjungan lepas pantai untuk menjaga keselamatan.

Badai Michael merupakan badai terkuat ketiga terbesar di AS. Dalam sejarahnya, badai ini cukup memporakporandakan beberapa bagian di AS.

Investor akan mengawasi jumlah sumur pengeboran AS yang masih akan beroperasi, indikator produksi mendatang, untuk memperkirakan gerak harga minyak selanjutnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya