Para Renang Indonesia Capai Target di Asian Para Games 2018

Tim renang Indonesia raih tiga medali emas, empat medali perak dan lima medali perunggu di Asian Para Games 2018

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Okt 2018, 11:15 WIB
Syuci Indriani perenang Indonesia berhasil meraih medali emas di nomor 100 meter gaya dada klasifikasi SB14 pada Asian Para Games 2018, Gelora Bung Karno Jakarta, Senin (8/10/2018). (Bola.com/Peksi Cahyo)

Liputan6.com, Jakarta Setelah enam hari bertarung bersama ratusan atlet internasional di Stadion Akuatik Gelora Bung Karno, Jakarta, wajah dan senyum para atlet pelatnas para-renang Indonesia tampak lepas pada Jumat malam itu. Satu per-satu dari mereka melakukan selebrasi dengan menceburkan diri di kolam tempat perlombaan cabang para-renang Asian Para Games 2018 digelar.

Tiga medali emas, empat medali perak dan lima medali perunggu mereka bawa pulang dari sedikitnya 107 nomor perlombaan yang digelar di Asian Para Games 2018.

Pelatih tim pelatnas para-renang Indonesia Bhima Kautsar bisa berbangga atas prestasi anak asuhannya selama kurang lebih delapan bulan mengikuti pelatnas di Solo untuk turun di pesta olahraga atlet dengan disabilitas se-Asia itu.

"Alhamdulillah kalau saya pribadi, karena mendapat tantangan juga dari NPC, targetnya tercapai," kata Bhima di Jakarta.


Target

Perenang Indonesia, Jendi Pangabean, selebrasi usai menjadi yang tercepat pada Asian Para Games cabang renang nomor 100 meter gaya punggung S9 di Stadion Aquatic, Jakarta, Kamis (11/10). (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Dari awal berangkat ke Jakarta, Komite Paralimpik Nasional (NPC) menargetkan medali emas di nomor 100 meter gaya punggung putra lewat Jendi Pangabean, serta nomor 100 meter gaya dada dan 200 meter gaya ganti putri lewat Syuci Indriani.

Hal yang membuat puas sang pelatih selain membawa pulang medali emas, adalah keberhasilan para atlet untuk memperbaiki catatan waktunya. Seperti misalnya Syuci Indriani walaupun mendapat perunggu di nomor 200 meter gaya bebas S14 putri, atlet asal Riau itu bisa memperbaiki catatan waktunya.

"Itu luar biasa, karena waktu terbaik Syuci dibuat dua tahun lalu ketika di (Paralimpiade) Brazil," kata Bhima.

"Puas, tapi ada beberapa yang masih perlu dievaluasi. Ya biasa lah namanya main sebagai tuan rumah, euforianya masih terlalu besar. Ada untungnya ada ruginya," kata Bhima.


Dilema

Menurut Bhima, bermain sebagai tim tuan rumah bisa menjadi semacam dilema bagi anak asuhannya. Di satu sisi, beban sebagai tuan rumah besar dan terlalu besar sehingga berpengaruh ke mental para atlet.

"Di sisi lain, kadang terlalu besar rasa percaya diri dan terlalu semangat juga tidak baik karena fokus bisa hilang," kata Bhima.

"Tapi saya salut. Kita tidak mudah karena ini levelnya Asia, dapat itu saja udah bagus. Berarti sama-sama maju. Lawannya maju kita pun maju," kata pelatih berusia 27 tahun itu.


Target Terdekat

Ke depan, masih banyak ruang untuk kemajuan bagi para atlet pelatnas para-renang yang bertabur atlet muda dengan gemilang prestasi seperti Syuci Indriani, Muhammad Bejita, Zaki Zulkarnain dan Jendi Pangabean itu.

"Tergantung dari sini mereka mentalnya bagaimana, cepat puas atau tidak. Pokoknya setelah dari sini latihan lagi," kata dia.

Target multi-event paling dekat bagi tim pelatnas para-renang Indonesia adalah ASEAN Para Games 2019 di Filipina sembari memoles para atlet untuk Paralimpiade Tokyo 2020.

"Tokyo kurang lebih dua tahun lagi. Kita poles selama 1,5 tahun saya yakin insyaallah hasilnya bisa jauh lebih baik dari ini," kata Bhima.(Ant)

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya